Nganjuk Legowo Jika Gagal Bangun Bandara, Tapi Masih Berharap

juanda
Bandara Internasional Juanda diprediksi akan overload pada 5 tahun ke depan. Karena itu, belakangan muncul ide membangun bandara baru di kawasan selatan Jawa Timur, salah satunya di Kabupaten Nganjuk
matakamera, Nganjuk - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nganjuk sepertinya sudah mengibarkan bendera putih untuk memperjuangkan impian memiliki bandara udara (bandara). Pemkab memilih legowo dan tidak ngoyo, untuk bersaing dengan sembilan daerah lain di wilayah selatan Jawa Timur yang sam-sama berambisi membangun bandara, sebagai alternatif  penyokong Bandara Internasonal Juanda Sidoarjo. Namun demikian, Pemkab Nganjuk
masih berharap pelabuhan udara itu dibangun di wilayah Kota Angin.
Berdasarkan keterangan Sekda Kabupaten Nganjuk Masduqi, seperti dirilis Bisnis.com pada Selasa 5 April 2016,  Pemkab Nganjuk sudah tidak membahas rencana pembangunan bandara lagi sejak proposal itu ditolak oleh Kementerian Perhubungan, setahun lalu. Penolakan itu karena wilayah udara Nganjuk termasuk zona latihan tempur Pangkalan Udara Iswahjudi Madiun. "Ya kalaupun nanti jadi di Kabupaten Kediri, kami senang saja. Paling tidak, eks-Karesidenan punya bandara. Itu lebih baik ," katanya Masduqi.
Namun demikian, Masduqi tetap berkeyakinan bahwa Kabupaten Nganjuk sebenarnya adalah lokasi yang paling tepat untuk dibangun bandara. Hal ini karena secara geografis letaknya berada di tengah-tengah eks-karesidenan. Posisi ini memudahkan penduduk Madiun, Trenggalek, Jombang, Lamongan, Bojonegoro, mengakses bandara. "Kalau harus ke Kabupaten Kediri, sebenarnya terlalu jauh," ungkapnya.
Pemkab Nganjuk sebelumnya disebut Masduqi juga sudah pernah menyusun dokumen detail engineering design (DED), sebagai persiapan awal untuk pembangunan bandara. Bahkan, juga telah menyiapkan lahan seluas 50 hektare di bagian utara kabupaten, yakni di sekitar Kecamatan Rejoso dan Kecamatan Gondang. Keberadaan bandara dianggap penting karena selama ini penduduk setempat mengandalkan Bandara Juanda, Sidoarjo, dengan jarak tempuh 142 kilometer.
Sikap serupa juga ditunjukkan oleh Pemkab Blitar, yang merasa tidak keberatan bila pemerintah pusat akhirnya tidak memilih Blitar sebagai lokasi pembangunan bandara baru. "Kami selama ini berusaha meskipun tidak mudah," ungkap Sekda Kabupaten Blitar Palal Ali Santoso, seperti dikutip dari Bisnis.com.  Pemkab Blitar pun telah menyusun DEDdan menyediakan 40 hektare lahan di Kecamatan Ponggok yang merupakan bekas lapangan terbang zaman penjajahan Jepang berkuasa.
Untuk diketahui, ide dasar pembangunan bandara di daerah karena diprediksi pada 5 tahun ke depan Bandara Juanda sudah kewalahan, menyusul peningkatan arus penumpang. Sehingga untuk mengantisipasinya perlu ada bandara alternatif yang dibangun di  daerah, salah satunya direncanakan di Kabupaten Nganjuk.(ab)

Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System