Ditemukan Batu Bata, Keramik dan Tulang Kuno di Desa Kemlokolegi Baron, Peninggalan Majapahit?

fosil nganjuk
Tim dari Disbudpar Nganjuk akan melakukan penelitian mendalam melibatkan BPCB Mojokerto,  untuk mengetahui asal-asul benda purbalaka yang ditemukan di Desa Kemlokolegi,Kecamatan Baron, Nganjuk, Jawa Timur, 18 Oktober 2016. Namun dugaan sementara, benda-benda itu berasal dari zaman Kerajaan Majapahit (matakamera.net/foto : istimewa)
matakamera, Nganjuk - Setelah penemuan situs kampung kuno zaman Mpu Sindok di Desa Banarankulon, Kecamatan Bagor, baru-baru ini ditemukan lagi situs peradaban kuno lainnya di wilayah Nganjuk, tepatnya di Desa Kemlokolegi, Kecamatan Baron. Di lokasi penemuan yang merupakan proyek urukan Jalan Tol Trans-Jawa itu, ditemukan sejumlah benda purbakala antara lain batu-bata, keramik kuno hingga fosil tulang belulang, pada Senin 17 Oktober 2016.
Untuk mendalaminya, tim dari Dinas Kebudayaaan dan Pariwisata Nganjuk pada Selasa siang 18 Oktober 2016 melakukan penelitian dan observasi awal di lokasi. Tim kemudian mendapat informasi, bahwa penemuan benda purbakala itu bermula diketahui saat petugas proyek tol Trans Jawa yang melakukan pemerataan tanah menggunakan alat berat backhoe. Tiba-tiba, salah satu karyawan proyek melihat barang-barang purbakala itu yang awalnya tertimbun tanah di kedalaman sekitar 50 sentimeter."Petugas proyek lalu melaporkan kepada perangkat Desa Kemlokolegi dan diteruskan kepada kami," terang  Kepala Seksi  (Kasi) Sejarah, Seni Tradisi, Museum dan Kepurbakalaan Disbudparda Nganjuk Amin Fuadi.

Tim awalnya melakukan pengamatan awal terhadap bentuk fisik batu-bata yang berdimensi 20x20 sentimeter tersebut. Menurut Amin, dengan melihat ciri batu bata itu diduga berasal dari zaman Kerajaan Majapahit pada abad 11-14 Masehi. Batu-bata berasal dari reruntuhan bangunan bekas kademangan. Yakni sistem pemerintahan pada zaman kerajaan kuno. Ia menyatakan jika ada banyak persebaran pondasi dan batu bata di sekitar lokasi.

Sedangkan untuk temuan fosil tulang, Amin mengaku belum dapat memastikan asal-usulnya dan membutuhkan penelitian mendalam. Namun dari pengamatan awal, struktur fosil terlihat seperti tulang iga hewan sapi atau kerbau.
Selain itu, tim Disbupdar Nganjuk juga menemukan beberapa bongkahan keramik kuno yang diperkirakan berasal dari daratan Tiongkok. “Mungkin usianya sudah ratusan tahun, tapi kami belum tahu ini jelasnya apa,” kata Amin.

Untuk sementara, seluruh benda temuan diamankan ke Kantor Disbudparda Nganjuk. Rencananya, tim akan menindaklanjuti dalam dua hari kedepan dengan menyurati Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto.
Garis polisi juga dipasang di sekeliling lokasi penemuan untuk keperluan penelitian lanjutan di lokasi pada hari berikutnya.(ab)

(Panji Lanang Satriadin)

Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar:

  1. Dyah Raṇawijaya/ Girindrawardhana Dyah Ranawijaya/ Brawijaya V lahir pada masa pemerintahan Kertawijaya. Beliau adalah anak terakhir Rajasawardhana Sang Sinagara. Saat Suraprabawa menjadi raja beliau menjadi Bhre Kertabhumi atau raja bawahan di Kertabhumi/ Kertosono Ngajuk Jatim.
    Bhre Kertabhumi /Dyah Raṇawijaya/ Girindrawardhana Dyah Ranawijaya/ Brawijaya (1474—1513) Menyerang Majapahit di Trowulan dan Diberitakan dalam Pararaton dan prasasti, setelah Bhre Pandansalas menjadi raja selama dua belas tahun, keponakannya Bhre Kertabhumi /Dyah Raṇawijaya/ Girindrawardhana Dyah Ranawijaya/ Prabu Brawijaya (1474—1513) dan 3 kakaknya melakukan kudeta untuk mengambil alih kekuasaan pada tahun 1478. Setelah itu istana pusat pemerintahan (bangsal) dipindahkan ke Dayo/ Daha bukan di Mojokerto lagi.
    Dalam Suma Oriental dikatakan bahwa bathara sinagara memiliki anak Bathara vodjaya, bathara vodjaya memiliki anak jimbun. Bathara Vodjaya ditafsirkan sebagai Bhre Kertabhumi /Dyah Raṇawijaya/ Girindrawardhana Dyah Ranawijaya/ Brawijaya (1474—1513).
    Tahun 1513 Tome Pires mengunjungi Jawa dan istana Bhre Kertabhumi /Dyah Raṇawijaya/ Girindrawardhana Dyah Ranawijaya/ Brawijaya berada di Daha/ Dayo. Dalam Suma Oriental tertulis bathara Vodjaya. Bhre Kertabhumi /Dyah Raṇawijaya/ Girindrawardhana Dyah Ranawijaya/ Brawijaya mengundurkan diri dan tinggal di gunung lawu sampai wafatnya.
    Beberapa anak Bhre Kertabhumi /Dyah Raṇawijaya/ Girindrawardhana Dyah Ranawijaya/ Brawijaya adalah Bathoro Katong di Ponorogo, Bondan Kejawan, retno pambayun, ibu kandung sunan kalijaga, istri buwono keling, dll.

    ReplyDelete

Comments System