Dikejar Rentenir, Warga Nganjuk sampai Nekat Coba Bunuh Diri

nganjuk
gambar ilsutrasi
Selasa 20 Februari 2018
Edited by Panji LS

matakamera, Nganjuk - Rentenir yang dikenal sebagai bank thithil, bank plecit atau bank Jaket Ireng, praktiknya sungguh biadap. Alih-alih meringankan beban penderitaan, justru pinjaman yang diberikan dapat menjerat leher.

Anehnya, keberadaan rentenir justru tumbuh subur di masyarakat. Padahal banyak warga miskin jadi korban atas kesewenang-wenangan pegawai bank thithil. Bahkan ada yang sempat mencoba mengakhiri hidupnya dengan cara minum racun serangga, lantaran tidak tahan dikejar-kejar dan diancam oleh pegawai bank thithil. Beruntung korban masih bisa tertolong setelah dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Berikut penuturan salah seorang korban rentenir, bernama Pd, 64, warga Desa Bangle, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk. Pertama kali Pd didatangi oleh seseorang berjaket hitam, mengaku pegawai Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dari Nganjuk kota.

Awalnya, kakek yang tinggal bersama istrinya ini tidak berniat untuk meminjam uang dari KSP tersebut. Lantaran, pria yang hanya bekerja sebagai buruh tani itu tidak memiliki penghasilan tetap. Sedangkan penghasilan sebagai buruh tani dan mencari rumput hanya cukup untuk hidup sehari-hari bersama istrinya. Entah angin apa yang membawanya hingga dia terjerat hutang pada rentenir.

Suatu ketika, orang yang sama datang ke rumahnya, menawarkan jasa pinjaman lunak tanpa jaminan. Cukup menyerahkan foto copy KTP, pinjaman bisa langsung dicairkan. Untuk ukuran orang berekonomi lemah, Pd tidak ingin pinjam dalam jumlah besar. Yang penting cukup untuk menyambung hidup bersama istrinya.

Akhirnya atas persetujuan istrinya, Pd memutuskan pinjam berjangka waktu tiga bulan, baik pinjaman pokok maupun bunganya sudah bisa dilunasi. Sayang Pd lupa mengingat besaran pinjaman dan bunganya. Yang dia ingat, ketika itu, sebelum menerima uang pinjaman, tidak diterima utuh. Sudah dipotong di awal, yang jumlah nominal juga tidak ingat.

Waktu tiga bulan berlalu begitu cepat, hingga tiba jatuh tempo untuk melunasi hutangnya. Naasnya, Pd gagal melunasi pinjamannya, hanya bisa membayar bunganya saja. Sejak itu mulai terjadi reaksi dari pegawai KSP. Ancaman dan umpatan mulai keluar dari mulut pegawai KSP.

Waktu terus berjalan, namun tetap, Pd tidak bisa menepati janjinya untuk melunasi hutangnya yang sebenarnya tidak seberapa. Namun, lantaran dia tidak bisa melunasi tepat waktu, bunga pinjaman ikut bertambah hingga berkali lipat.

Bukan hanya dia yang mendapat tekanan dari pegawai KSP, istrinya ketika sedang di sawah juga sempat didatangi. Lantaran ditagih tidak dapat membayar, pegawai KSP lantas marah-marah dengan kata-kata kotor.

“Ketika mencari saya tidak ada, dia langsung mendatangi istri saya di sawah dengan marah-marah dan memaki-maki. Istri saya disumpahi, kalua tidak bisa bayar hutang, semoga disambar bledek (petir,red). Pokoknya dia jahat sekali,” keluh Pd.

Sepulang dari sawah, istrinya langsung mendatangi Pd dengan menangis. Dikatakan, baru saja didatangi pegawai bank dengan marah-marah.

Merasa bersalah pada istrinya, lantaran terlanjur terjerat hutang pada rentenir, Pd mulai hilang kendali. Pikirannya menjadi kacau, hingga mencoba bunuh diri dengan menenggak racun pestisida. Beruntung ada salah satu keluarganya yang mengetahui, dan langsung membawa Pd ke rumah sakit terdekat.

Setelah berhasil sembuh, Pd akhirnya memutuskan untuk menjual sebagian rumah dan pekarangannya untuk melunasi semua hutangnya pada rentenir.

“Sudah kapok, jangan pernah lagi hutang pada rentenir, bukan menolong, malah sengsara,” keluhnya.

Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System