Ma'ruf Amin Jadi Cawapres, Bisa Nikmat Bisa Musibah

Rais Aam PBNU Ma'ruf Amin dipilih Jokowi sebagai cawapres untuk mendampinginya pada Pilpres 2019 mendatang (ist)

Ahad 12 Agustus 2018
by Panji LS

matakamera, Surabaya - Terpilihnya Rais Aam PBNU, Prof Dr KH. Ma'ruf Amin, sebagai cawapres pendamping Capres Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres 2019, menjadi perhatian serius kalangan Pengurus Besar Pergerakan Penganut Khittah Nahdliyyah (PB PPKN).

Ketua Dewan Penasehat PB PPKN, H Choirul Anam, mengimbau kepada al-mukarram Kiai Ma ruf Amin selaku tokoh ulama yang paling paham dan mengerti qunun asası segera menyelesaikan (atau menyerahkan) jabatan Rais Aam kepada Wakil Rais Aam, dan/atau memanggil musyawarah ulama NU untuk mengisi jabatan Rais Aam sesuai aturan yang ada dalam AD/ART NU.

Langkah ini perlu segera dilakukan demi menjaga ketenangan dan keutuhan warga Nahdliyin, serta terjaganya orisinalitas wasiat al- maghfur lahum para ulama sepuh yang telah berjuang keras membawa NU kembali ke khitthah 1926.

"Kami berharap pengganti rais aam adalah kiai yang memiliki daya juang dan bisa menyelamatkan NU serta bisa menjadi penyambung suara langit," kata Cak Anam saat menggelar konferensi pers di Surabaya, Ahad 12 Agustus 2018.

Karena dari sisi tata-nilai dan qonun asasi, posisi Rais Aam adalah jabatan tertinggi di lingkungan NU sekaligus amanah yang harus ditunaikan dalam masa khitmad tertentu.

Sebelum memangkunya, diikat terlebih dulu dengan ikrar, janjı dan baiat serta dibalut kontrak jam'iyah, yang tidak boleh dikonversi langsung maupun tidak langsung dengan jabatan politik apapun.

Tetapı faktanya, Kıai Ma'ruf telah melibatkan diri dalam jabatan politik praktis yang membelah pandangan Nahdliyyın menjadi dua. Satu kelompok menganggapnya sebagai berkah dan nikmat yang patut disyukuri, namun di sisi lain menerima sebagai musibah yang mengancam terpecahnya ukhuwah Nahdliyyah.

Selain itu, lanjut Cak Anam, sebaiknya Kiai Ma'ruf Amin tidak perlu mengajak atau menganjurkan warga NU yang telah dewasa dalam menentukan pilihan politiknya kepada beberapa partai politık.

Bahkan telah banyak kader NU yang membangun karir di beberapa partai politik, untuk diajak kembali ke PKB.

"Ajakan Kiai Ma'ruf itu akan menimbulkan goncangan dan kesan kuarang baik. Bahkan, bisa jadi Kiai Ma'ruf akan distigma tidak amanah dalam membawa misi pendahulunya," tegas mantan Ketua PW GP Ansor Jatim ini.

Hal senada dikatakan Ketua PB PPKN Ali Azhar menambahkan bahwa partai yang pernah dilahirkan NU itu bukan hanya PKB, tetapi juga PPP. Bahkan dengan adanya Khittah NU sekarang ini, kader-kader NU tersebar di hampir semua partai yang ada sehingga pernyataan rais aam itu bisa menyakiti umat dan parpol-parpol lain.

"Cak Imin harusnya sadar tak bawa NU demi kepentingan PKB. PB PPKN siap berhadapan dengan PKB demi menyelamatkan Khittah NU. Sebab, kalau dibiarkan NU bisa tergilas dengan ormas lain. Bahkan tak ada lagi kader NU yang militan sehingga lambat laun NU ditinggalkan umatnya, Naudzubillahi Min Dzalik," jelas Ali Azhar.

(ds/ab/2018)
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System