Peringati Hari Santri, Khofifah Pilih Kunjungi Kampung Lawas Ini

jatim
Gubernur Jatim terpilih, Khofifah Indar Parawansa saat menerima blangkon dan seledang khas Suroboyoan dari warga Kampung Lawas Maspati, Senin 22 Oktober 2018 (foto : dak)

Senin 22 Oktober 2018
by Panji LS

matakamera, Surabaya - Cara berbeda ditunjukkan Khofifah Indar Parawansa dalam memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2018. Gubernur Jatim terpilih tersebut memilih melakukannya dengan mengunjungi Kampung Lawas Maspati, Surabaya, Senin 22 Oktober 2018.

Kehadiran Khofifah disambut antusias warga dan Ketua RW VI Kampung Maspati, Sabar Suwastono. Salah satu bentuk penyambutan, salah seorang warga mengenakan blangkon ke kepala Khofifah serta sarung untuk selendang khas Suroboyoan.

Selanjutnya, Khofifah diajak melihat suasana kampung yang di kanan-kiri jalan terlihat model bangunan lama dan masih terjaga keasliannya. Salah satunya Omah Tua (The House of History 1907) yang dilengkapi cafe dan perpustakaan.

Khofifah bersama warga berkeliling Kampung Lawas Maspati, Surabaya (foto : dak)

Tak sebatas melestarikan budaya, pemberdayaan UMKM untuk warga juga berjalan dengan baik. Salah satunya memanfaatkan rumah kosong untuk lahan mini kebun cincau, serta menyulap barang bekas tetap bernilai ekonomis.

Terkait alasan mengunjungi Kampung Lawas di HSN 2018 ini, Khofifah menuturkan kalau penetapan HSN terkait erat dengan Resolusi Jihad yang melatarbelakangi pertempuran 10 November di Surabaya.

"22 Oktober itu kan sentralnya di Surabaya. Titik yang memberikan penguatan dan sejarah besar bagi Indonesia, terutama Kampung Maspati yang sekarang disebut Kampung Lawas ini punya peran besar," katanya.

Selain itu, Khofifah juga menyambut positif keinginan ketua RW untuk mewujudkan kampung ini menjadi Kampung Santri, karena HSN memang harus memberikan ruh dari proses Resolusi Jihad yang dikumandangkan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari.

Khofifah saat berdialog dengan emak-emak warga Kampung Lawas Surabaya (foto : dak)

"Jadi betapa Resolusi Jihad itu menseyogyakan seluruh santri berjihad untuk mmepertahankan kemerdakaan RI, dan titik-titiknya cukup banyak yang sentralnya ada di Kampung Lawas ini," tandasnya.

Tapi terlepas dari keinginan ketua RW untuk mewujudkannya menjadi Kampung Santri, Khofifah berharap kampung ini menjadi model pelastarian sejarah perjalanan bangsa.

"Itu bisa disaksikan, bisa dilihat tak hanya oleh bangsa Indonesia, tapi dari luar negeri pun bisa tahu jejak-jejak sejarah Indonesia," ucap perempuan yang juga ketua umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) itu.

Terlebih, pelajaran sejarah seringkali tak cukup dilakukan secara interaktif dengan metodologi yang memungkinkan anak-anak mengenal sejarah dengan baik.

"Kalau anak-anak pas pelajaran sejarah lalu diajak ke kampung sini, maka mereka mengenal bagaimana peristiwa turunnya kembali tentaran sekutu, Jenderal Malaby berproses di sini, dan bagaimana para santri mempetahankan NKRI," paparnya.

Dengan mengajak berkeliling di Kampung Lawas sekitar 1 atau 1,5 jam, hal itu relatif mengenalkan anak-anak tentang sejarah mempertahankan proklamasi Kemerdekaan RI dan lahirnya Resolusi Jihad 22 Oktober.

"Kampung ini harus dijaga. Jangan terpengaruh hal-hal negatif seperti narkoba dan lain-lainnya. Anak-anak muda juga harus meramaikan masjid atau mushala," pungkasnya.

(ds/ab/2018)
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System