Taman Bukit Ngroto Sawahan Makin Disukai Pengunjung Luar Kota

Salah satu sudut lokasi taman batu di puncak Bukit NGroto, yang jadi spot favorit foto dan berselfie (matakamera/ foto nyrsty via IG explorenganjuk)
19 November 2016 | by Panji Lanang Satriadin

matakamera, Nganjuk - Bukit Ngroto atau juga disebut Bukit Songgong, berada di deretan perbukitan lereng utara Gunung Wilis. Secara geografis lokasinya juga masih termasuk wilayah Desa Margopatut, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganju, Jawa Timur. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Ngroto dan Dusun Sumber Tumpeng.

Keberadaan lokasi ini ramai diperbincangkan orang sejak awal 2016, dan kini sudah populer sampai ke kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta. Berawal dari informasi mulut ke mulut, dengan cepat kabar dan foto-foto gambaran lokasinya menyebar luas di situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter hingga Instagram.

Sudah ribuan turis yang kebanyakan anak-anak muda sudah mengunjungi lokasi ini, lantaran daya tarik wujudnya yang unik, yakni berupa taman luas di puncak bukit yang tersusun dari ratusan batuan runcing. “Yang banyak malah dari luar kota, terutama dari kota metropolitan seperti Surabaya dan Jakarta. Dari Malang, Kediri dan Madiun juga banyak,” ujar Mali, 35, pemuda desa setempat yang setiap hari ikut mengelola lokasi wisata baru tersebut.


cuplikan video keindahan Bukit Ngroto Sawahan Nganjuk : 


Mali mengakui rasa penasaran orang yang tinggi dipicu oleh penampakan bentuknya yang berupa tatanan batu-batu besar berbentuk runcing menyerupai bentuk nasi tumpeng. Tidak jarang pengunjung dari luar kota yang diantar oleh Mali menuju lokasi, awalnya mengira tempat itu adalah situs prasejarah sejenis candi, seperti halnya situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat yang menggemparkan itu. “Ini taman baru dibuat, sebelumnya hutan lebat,” kata Mali.

Pembangunan taman itu memakan waktu Sembilan bulan sejak Januari 2015 lalu. Sang perancang sekaligus pembuat taman tersebut, Kasnoto, 60, pria asal Desa Sidorejo, Kecamatan Sawahan, mengerjakan sebagian besar ‘proyek’-nya itu sendiri dan sisanya dibantu oleh warga dan pemuda desa setempat termasuk Mali. Pembangunan dilakukan di atas lahan puncak bukit seluas sekitar 1 hektare, dengan mengambil bahan baku batu endemik berbentuk runcing yang sangat melimpah di permukaan tanah seluruh kawasan bukit, mulai bawah sampai puncak. Dia juga sengaja dipilih lokasi dengan pemandangan lembah dan deretan perbukitan Wilis yang paling indah. “Dan ternyata benar-benar yang suka dan memuji,” ucap Mali lagi.

Ribuan turis orang yang kebanyakan anak muda asyik bersefoto ria dengan gaya selfie menggunakan ponsel, maupun para fotografer dari berbagai kota yang datang dengan peraltan kamera prosefesional. SIsanya, adalah pengunjung keluarga yang membawa serta anak-anak kecil. “Sempat ada ide mau ditiketkan, tapi saya larang. Biar sementara orang-orang bebas menikmati pemandangan di sini,” lanjut Mali.

Roby, 21, salah satu pengunjung asal Kota Surabaya tampak betah berlama-lama di lokasi, bersama rombongan teman sebayanya sampai menjelang matahari terbenam. Baginya, menginjakkan kaki di puncak bukit yang jauh dari keramaian bisa menjadi pengobat penat dan stres. "Apalagi setelah sibuk dengan kerjaan sehari-hari, rasanya plong banget lihat pemandangan luar biasa dari atas sini," ujarnya.(ab)

(Panji LS)
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System