Fenomena Anak Gombak Kuncung di Nganjuk, Asal-usulnya Bikin Merinding

Foto kiri : bentuk rambut unik Gombak Kuncung yang dimiliki Ibrahim Putra. Foto Kanan : Baim bersama ibunya, saat dikunjungi Penggiat Budaya Kemendikbud RI (dok. Putut Rubiyantoro)
Sabtu 10 April 2021

Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, menyimpan beragam fenomena unik yang berakar dari tradisi leluhur. Tak jarang di antaranya berselimut cerita-cerita mistis.

Salah satunya, adalah keberadaan anak-anak Gombak Kuncung di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan.

Penulis : Panji Lanang Satriadin

Istilah Gombak dan Kuncung merujuk pada ciri-ciri fisik khusus dan langka. Hanya dimiliki segelintir bocah yang tinggal di desa penyangga Gunung Wilis tersebut.

Rambut kepala mereka tak lazim. Tumbuh lebat memanjang di bagian belakang. Pangkalnya tepat di pusar kepala atau unyeng-unyeng dalam Bahasa Jawa.

Rambut itu dibiarkan terus memanjang. Seperti kuncir. Ada yang lurus, ada yang berbentuk spiral. Ujungnya bisa sampai menyentuh pundak atau punggung. Kontras dengan rambut bagian lainnya yang rata-rata pendek.

Ibrahim Putra, 6, atau biasa dipanggil Baim, adalah salah satunya. Anak laki-laki pasangan Endra dan Yeni itu sejak lahir memang dianugerahi rambut istimewa tersebut.

"Cucu saya memang anak Gombak Kuncung," ujar Mbah Tulus, kakek kandung Baim.

Menurut Mbah Tulus, rambut Kuncung Baim sejak bayi tidak pernah dipotong. Itu disebutnya merupakan peraturan adat yang tidak boleh dilanggar.

Mbah Tulus (tengah) saat dikunjungi oleh Putut Rubiyantoro dari Kemendikbud RI

"(Rambut Baim) Baru boleh dipotong nanti kalau sudah pupak (tanggalnya gigi susu pertama), dengan upacara ritual khusus," kata dia. Bahasa lainnya, menunggu Ibrahim menginjak akil baligh.

Penjelasan itu disampaikan Mbah Tulus saat rumahnya di Desa Ngliman dikunjungi penggiat kebudayaan Kemendikbud RI, Putut Rubiyantoro, awal Maret 2021 lalu.

Kepada Putut Mbah Tulus berkisah, bahwa ia sendiri dan mbah-mbah-nya Baim terdahulu, juga ada yang memiliki rambut serupa.

Mereka semua menjalani ritual yang sama, yakni ruwatan potong rambut menjelang dewasa. Setelahnya baru bisa kembali seperti anak-anak pada umumnya.

Keistimewaan itu belakangan menurun ke cucunya. Adapun ayah Baim tidak ikut mengalami.

"Setahu saya, sekarang ini hanya ada tiga anak Gombak Kuncung. Dua anak di Desa Ngliman, yang mana salah satunya cucu saya sendiri, Baim. Sedangkan satu anak lagi tinggal di Desa Margopatut (desa lain di Kecamatan Sawahan)," terang Mbah Tulus.

Apa risikonya jika rambut Gombak Kuncung dipotong sebelum waktunya? Menurut Mbah Tulus, si anak akan mudah sakit-sakitan dan hidupnya dirundung kesulitan. Bahkan diyakini, ia dan keluarganya akan tertimpa musibah.

Rambut Baim si bocah Gombak Kuncung aal Desa Ngliman, Sawahan, Nganjuk

Warga Desa Ngliman percaya, anak-anak Gombak Kuncung adalah keturunan langsung dari Ki Ageng Ngaliman atau Eyang Ageng Ngaliman. Sosok leluhur yang sangat dikeramatkan, namun riwayatnya diselubungi misteri. 

Tak sedikit warga setempat yang masih memegang teguh wewaler atau larangan. Yakni, jangan sekali-kali membuka jatidiri Ki Ageng Ngaliman, jika tak mau tertimpa kesialan.

Makam Ki Ageng Ngaliman berada 50 meter di sebelah selatan Balai Desa Ngliman. Kompleksnya terdiri dari Makam Gedong Kilen dan Gedong Wetan. Merujuk nama, Ki Ageng Ngaliman diyakini berkaitan erat dengan sejarah Desa Ngliman itu sendiri.

Daya Tariknya Tak Kalah dengan Anak Gimbal Dieng

Di luar penuturan Mbah Tulus, ada beberapa kisah pendukung yang juga berkembang di Desa Ngliman, terkait fenomena Anak Gombang Kuncung. 

Antara lain, si anak disebut-sebut memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Ia cepat menghafal dan langsung memahami hal yang baru sekali dilihatnya. Selain itu, anak Gombak Kuncung juga cenderung memiliki minat tinggi terhadap kesenian tradisional, misalnya tari jaranan atau wayang.

Versi lain menyebutkan, istilah Gombak lebih disematkan untuk anak laki-laki, sedangkan Kuncung untuk anak perempuan. Laki-laki berperangai sangat aktif dan periang, namun si perempuan sebaliknya, pendiam dan tertutup.

“Terlepas dari itu semua, mendengar sekilas saja tentang asal-usul anak Gombak Kuncung ini cukup membuat saya merinding. Ini fenomena unik yang layak dibanggakan oleh masyarakat Nganjuk,” ujar Putut Rubiyantoro, penggiat budaya Kemendikbud RI yang bertugas di Nganjuk.

Pintu gerbang Gedong Kilen menuju Makam Eyang Ageng Ngaliman (dok. istimewa) 

Putut mengaku teringat dengan sebuah tradisi di daerah lain, yang hampir mirip dengan Gombak Kuncung Ngliman. Yakni, tradisi ruwatan Anak Gimbal di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah.

Di daerah itu, secara turun-temurun selalu muncul anak-anak dengan rambut gimbal. Mereka dipercaya merupakan titisan dari Kiai Kolo Dete dan Nyi Roro Rence. Upacara pemotongan rambutnya digelar secara sakral sekaligus meriah. Bahkan, sudah dikenal secara nasional melalui kemasan acara Dieng Culture Festival.

“Menurut saya, daya tarik tradisi anak Gombang Kuncung Ngliman tidak kalah dengan Anak Gimbal Dieng. Ini tentu perlu kerjasama berbagai pihak, agar salah satu kekayaan tradisi Nganjuk ini bisa lebih dikenal luas," ujar Putut.

Ia berharap, tradisi Gombak Kuncung nantinya bisa menjadi destinasi wisata budaya Kabupaten Nganjuk. (*)   

Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System