![]() |
Ketua DPD Partai Ummat Nganjuk Ahmad Rofiq |
Menurut Rofiq, karnaval yang digelar dengan melibatkan pelajar justru menjadi ajang pamer pakaian sewaan dengan biaya selangit, bahkan ada yang mencapai Rp20 juta per kostum. Kondisi ini dinilainya mengaburkan makna historis kemerdekaan dan tidak memberikan pemahaman yang utuh tentang nasionalisme kepada generasi muda.
“Bayangkan, anak-anak sekolah dipaksa datang sejak pukul 3 pagi hanya untuk dirias. Akibatnya banyak yang meninggalkan salat Subuh. Sementara, biaya sewa pakaian pun sangat mahal. Kalau begini terus, peringatan kemerdekaan hanya akan kehilangan nilai luhur dan semangat perjuangan,” tegas Rofiq.
Sebagai alternatif, ia mengusulkan agar model karnaval semacam itu ditiadakan dan diganti dengan kegiatan yang lebih edukatif serta religius. “Alangkah baiknya kalau digelar kajian kemerdekaan untuk pelajar, agar mereka lebih memahami nilai sejarah, nasionalisme, dan religiusitas dalam bingkai kemerdekaan,” tambahnya.
Pernyataan Rofiq ini memantik perhatian publik, terutama di tengah pro-kontra mengenai esensi perayaan HUT RI di berbagai daerah yang kerap lebih menonjolkan kemeriahan ketimbang substansi perjuangan bangsa.
Rif/Pas/2025
0 komentar:
Posting Komentar