Batu Purba asal Nganjuk Ini Bikin Ratusan Maling Kewalahan. Kok Bisa?

yoni
Wujud batu lingga-yoni yang ditemukan di Desa Tanjungkalang, Ngronggot, Nganjuk, Jawa Timur
matakamera, Nganjuk - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Nganjuk pada pertengahan Januari 2016 lalu menemukan satu lagi peninggalan purbakala, yang diperkirakan dari zaman Majahapit abad ke 13. Wujudnya berupa batu lingga-yoni yang terletak di tengah areal persawahan Desa Tanjungkalang, Kecamatan Ngronggot, Nganjuk, Jawa Timur.
Lokasi desa ini cukup dekat dengan sungai terbesar di Jawa Timur, yaitu Sungai Brantas. Sebelum penemuan batu lingga-yoni itu, warga desa setempat sudah seringkali mendapat benda-benda dari batu andesit maupun batu-bata kuno di sekitar tempat tinggal mereka. Karena itulah, wilayah ini dianggap menyimpan banyak cerita sejarah penting dan potensi cagar budaya melimpah, dan sampai saat ini masih bisa dilihat jejaknya.
Fisik batu lingga-yoni itu terdiri dari bentuk, antara lain landasan berbentuk segi empat berukuran 1,5 x 1,5 meter, yang menyatu dengan bentuk kedua berupa batu lonjong dan bulat setinggi 70 sentimeter. Keduanya merupakan satu rangkaian yang oleh kalangan arkeolog disebut sebagai bentuk lingga-yoni. “Diduga dari zaman peradaban Hindu, kemungkinan Majapahit. Tapi masih perlu penelitian lagi,” ujar Aries Trio Effendi, staf dari Disbudpar Nganjuk.
Menurut Aries yang menggali cerita dari warga dan sesepuh Desa Tanjungkalang, masyarakat sekitar sebenarnya sudah lama mengetahui keberadaan batu lingga-yoni itu. Bahkan, mereka seringkali memergoki bekas upaya penjaran yang dilakukan kawanan maling. Namun, setiap mereka beraksi selalu gagal. Warga biasanya melihat bekas congkelan atau alat linggis yang ditinggal maling karena mereka kewalahan, tak mampu mencabut dan memindahkan batu dari tanah. “Sudah ratusan kali mau dicuri. Ada yang bawa truk segala, tapi nggak pernah berhasil,” ujar Aries. Dia memperkirakan, benda tertanam di bawah tanah sedalam sekitar 1-2 meter, dan memiliki berat 2-3 kwintal. “Mungkin karena saking beratnya, jadi sulit dicuri. Tapi para sesepuh meyakini ada kekuatan magis yang melindungi batu ini,” imbuh Aries.
Menurut sejumlah sumber yang dihimpun matakamera.net, keberadaan batu lingga-yoni ini selalu erat dengan candi Hindu. Pada bangunan candi biasanya terdapat arca-arca Dewa Siwa, Agastya, Durga, dan Ganesha. Masing-masing arca tersebut menempati ruang pada arah mata angin tertentu. Agastya menempati relung sebelah selatan, Durga di sebelah utara, Ganesha di sebelah timur atau barat, dan Siwa di pusat.
Siwa sebagai dewa utama mempunyai sejumlah nama lain, di antaranya adalah Mahadewa, Isyana, dan Rudra. Penggambaran Siwa selain sebagai manusia, seringkali digambarkan dalam bentuk lingga. Lingga yang digambarkan sebagai kelamin laki-laki biasanya dilengkapi dengan Yoni sebagai kelamin wanita. Persatuan antara Lingga dan Yoni melambangkan kesuburan. Dalam mitologi Hindu, yoni merupakan penggambaran dari Dewi Uma yang merupakan salah satu istri Siwa.(ab)
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System