Ada Warga Rejoso yang Kondisi Rumahnya Begini, Keluar-Masuk Harus Jongkok

nganjuk
Parmin (kemeja biru lengan digulung) duduk berjongkok di depan rumahnya, saat menerima tamu dari relawan TNI, Polri dan Tagana Nganjuk, Kamis siang 6 September 2017 (matakamera/foto : Aries)
Kamis 7 September 2017 ||
by Panji Lanang Satriadin

matakamera, Nganjuk – Potret hidup seorang pria lanjut usia (lansia) miskin di Kabupaten Nganjuk ini membuat orang mengelus dada. Betapa tidak, sehari-hari dia tinggal sebatangkara di dalam bangunan kayu/gubuk reyot, yang berukuran sangat kecil dan pendek.

‘Rumah’ itu berada di Dusun Talun, Desa Talun, Kecamatan Rejoso. Penghuninya, Parmin, sudah bertahun-tahun tinggal di bangunan berdinding papan kayu lapuk, setinggi tak lebih dari 1,5 meter, dengan luas hanya 2 x 3 meter.

Karena terlalu pendek dan sempit, pria 70 tahun itu bahkan tak bisa berdiri di dalam rumahnya sendiri. Keluar-masuk pintu pun harus jongkok atau merangkak.

Pria yang sudah lama menduda ini tak punya pilihan lain. Ia memang sudah hidup susah sejak pulang merantau, diceraikan istri lalu ditinggal begitu saja oleh keempat anaknya. Alhasil, hari demi hari harus dia habiskan seorang diri di gubuk berukuran kecil tersebut.

nganjuk
Kondisi di dalam rumah reyot Parmin tampak sempit dan hanya diisi satu tempat tidur (matakamera/ist)
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Parmin bekerja serabutan. Biasanya dia bersedia jemput bola untuk melayani jasa pijat ke rumah warga.

“Saya biasanya pijat keliling. Tapi penghasilan tidak pasti. biasanya Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu,” tutur Karmin, sambil berjongkok di pintu gubuk tempat tinggalnya, Kamis siang 7 September 2017.
Sebelum tinggal di rumah reyot itu, Parmin mengaku sempat tidur berpindah-pindah selama hampir dua bulan.

Lambat laun Parmin mulai membangun gubuk kecil itu secara perlahan-lahan. Dari hasil jasa pijat itu, Karmin kini bisa memasang listrik daya kecil di rumahnya, untuk lampu 5 ukuran.

Untuk kebutuhan makan, Parmin biasa memasak sendiri dengan lauk seadanya, dari di tungku api yang depan gubuk. Sedangkan untuk kebutuhan air, sampai sekarang masih menumpang air sumur tetangga.

Siang itu, Parmin mendapat kunjungan dari Babinsa, Babinkamtibmas serta relawan Tagana Dinsos Nganjuk. Mereka memberikan paket bantuan kebutuhan sehari-hari.

Karmin mengaku tak mau terlalu berharap uluran pemerintah, untuk merenovasi rumahnya. “Kalau dibantu (pemerintah) ya Alhamdulillah, saya bersyukur dan berterima kasish. Kalau tidak ya nggak apa-apa. Saya sudah biasa seperti ini,” pungkasnya.(ds/ab/2017) 

Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System