Ini Cara Polres Nganjuk Tangkal Radikalisme - Penyebaran Hoaks di Kalangan Santri

Kapolres Nganjuk AKBP Dewa Nyoman Nanta Wiranta bercengkerama dengan para santri ponpes usai Upacara Kesadaran Nasional di Mapolres Nganjuk, Rabu 17 Oktober 2018 (ist)

Rabu 17 Oktober 2018
by Panji LS

matakamera, Nganjuk - Polres Nganjuk punya cara tersendiri untuk menangkal radikalisme, khusunya di kalangan pondok pesantren yang ada di Kabupaten Nganjuk.

Salah satunya, dengan melibatkan para santri dalam kegiatan upacara, dan memberikan penghargaan atas santri berprestasi dalam upaya menjaga keutuhan NKRI.

"Jadi dalam upaya untuk mencegah radikalisme, serta mencegah hoaks yang rawan terjadi saat ini, kami partisipasikan semua Ponpes di Nganjuk untuk terlibat memeranginya," jelas Kapolres Nganjuk AKBP Dewa Nyoman Nanta Wiranta, kepada wartawan di Mapolres Nganjuk, Rabu 17 Oktober 2018.

Terlibatnya para santri dalam upaya mencegah radikalisme dan berita hoaks, kata Nyoman Nanta, dilakukan dengan pemantauan dan aktif mengundang santri untuk kegiatan di polres setiap bulan sekali.

Kegiatan yang diberikan lanjut Nyoman Nanta yakni memberikan reward penghargaan bagi santri maupun masyarakat umum yang turut membantu menjaga keamanan wilayahnya.

"Kami berikan penghargaan bagi santri ataupun anggota yang berprestasi, termasuk juga masyarakat umum. Ini untuk memacu semangat mereka," katanya.

Diungkapkan Nyoman Nanta, setiap bulan di tanggal 17 dilangsungkan kegiatan upacara hari kesadaran nasional. Semua petugas yang dilibatkan yakni para santri secara bergilir.

"Kami libatkan santri bertugas upacara secara bergilir dan untuk hari ini ada tiga Ponpes yang mengirim santri nya," tutur nya.

Nyoman Nanta menambahkan tiga ponpes yang mengirimkan santrinya adalah Ponpes modern Darul Ihsan Payaman, Ponpes Mojosari, dan Ponpes Al Ihsan Bisa. Di Nganjuk sendiri terdapat 125 Ponpes dengan jumlah santri 17.045 santri.

Salah satu santri, Daffa Dzulfikar kelas 11 Ponpes Al Ihsan Baron kepada detikcom mengatakan dia menyayangkan stigma radikalisme yang muncul pada ponpes.

"Terkait radikalisme yang cenderung dikaitkan dangan orang Islam atau agama yang terindikasi jaringan teroris atau radikal, itu tidak benar. Jadi kami sebagai santri menentang anggapan ponpes dikaitkan radikalisme," ungkap Daffa.

Nyoman Nanta memberikan penghargaan kepada lima orang yang dianggap berprestasi. Dari empat orang tersebut dua dari sipil dan dua dari anggota kepolisian.

"Untuk reward ini kepada polisi yang punya prestasi di luar tugas. Reward kedua kepada masyarakat yang membantu tugas polri. Reward ketiga bagi anak-anak para anggota polisi yang berprestasi juga kita berikan," ungkapnya.

Dari kelima orang yang mendapat kan penghargaan yakni dua dari anggota polisi yakni Ipda Sudarsono dan Bripka Putut Widiyanto karena berdedikasi dalam droping air bersih.

Sedangkan tiga lainnya dari masyarakat umum yakni Wisnu Catur Rahmadi yang berhasil menggagalkan pencurian. Sementara dua lain yang dapat penghargaan adalah pelajar anak-anak anggota polisi berprestasi yakni Khanza Az-Zahra juara 3 kejurnas karate putri di Kalimantan Selatan anak dari anggota polisi Brigadir Dadag Santoso dan Lintang Duel Gineung Pratidina anak anggota Iptu Roni Andreas Suharto, dalam prestasi mendapat banyak penghargaan di sekolah.

(ds/ab/2018)
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System