Dari Taufiqurrahman ke Novi Rahman

Kamis 20 Juni 2019



oleh : Sabhan Yusuf *

Hand over kepemimpinan dari mantan Bupati Nganjuk Taufiqurahman ke bupati terpilih Novi Rahman Hidhayat, diiringi oleh luapan kegembiraan dan jutaan harapan dari masyarakat Nganjuk.

Pasalnya, sepuluh tahun kepemimpinan mantan Bupati Taufiqurahman bukan saja meluluhlantahkan tatanan politik yang ada, tapi melahirkan para mafia kekuasaan dari tingkat desa hingga dinas terkait.

Kehadiran bupati baru Novi Rahman diharapkan mampu mengembalikan disorientasi politik yang dibangun pemerintahan sebelumnya, dan menggunakan mandat politik yang diperoleh sebesar besarnya untuk kepentingan masyarakat Nganjuk.

Namun harapan yang begitu besar sedikit demi sedikit mulai terkikis, ketika hampir satu tahun kepemimpinan Novi, belum menemukan kiblat ke mana arah pembangunan akan digayuh.

Hampir satu tahun pemerintahannya, baru sebatas meraba-raba dan belum menghasilkan breakthrough untuk mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut perbaikan perekonomian masyarakat, hingga kerusakan di berbagai jalan penghubung antar desa.

Proses perbaikan jalan-jalan utama yang sedang berjalan saat ini tak lebih hanya sebagai kompensasi perbaikan yang diakibatkan oleh pembangunan jalan Tol. Dan ini sifatnya terbatas pada titik-titik tertentu, sementara kerusakan jalan hampir merata di semua wilayah.

Jelang satu tahun menjabat bupati, Novi nyaris tidak pernah terlihat gaung kepemimpinannya, tak ada gagasan-gagasan besar yang dibawa, dan jauh dari kata pemimpin agresif. Slogan Nganjuk Nyawiji yang di usung hanya sebatas tagline, tak ada paparan yang jelas dan komperehensif bagaimana menyatukan potensi yang ada di masyarakat untuk membangun lompatan kedepan.

Slogan Nganjuk Nyawiji tidak lagi menjadi spirit pembangunan, tapi tidak sedikit masyarakat yang menerjemahkan Nyawiji dengan istilah: Nyanyi, Selfie, dan Ngaji.

Pemasangan foto berukuran besar di sudut-sudut jalan utama tak memberikan dampak apapun terhadap kepentingan masyarakat Nganjuk. People are not interested to know who you are, but they know how much you care (Orang tidak tertarik untuk mengetahui siapa diri anda, tapi mereka tahu seberapa besar kepedulian anda).

Ketidakhadiran Novi di ruang publik menjadi isu yang kadang tidak terbantahkan, bahwa Novi dianggap tidak begitu menguasai lapangan, tidak menunjukan kelasnya sebagai pemimpin yang cekatan dan agresif terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat.

Terjebak pada kegiatan rutinitas yang monoton dan acara-acara yang bersifat simbolis tanpa adanya terobosan-terobosan yang berarti. Performa kepemimpinan Novi yang lemah tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap perubahan Nganjuk kedepan, apalagi menjadikan Nganjuk ber-dignity.

Lalu, akankah kepemimpinan Novi berakhir sama dengan pemerintahan sebelumnya? Bukan sebuah keniscayaan, bila Novi membiarkan dirinya terkukung oleh elitisasi politik yang penuh simbolis, dan tersekap pada kepentingan-kepentingan subyektif partai pendukungnya, maka jutaan harapan itu tak lebih hanya akan menjadi pepesan kosong belaka.**

=========


* Penulis adalah Ketua Bidang Strategi dan Pengembangan, Gerakan Masyarakat Peduli Bangsa
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System