Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Cendekiawan


Oleh : Juwahir*

"Sebaik baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain" (HR. Ahmad).
Berkaitan dengan sebuah Hadist tersebut, apa yang semestinya dilakukan oleh seorang cendekiawan, lebih-lebih seorang cendekiawan muslim?

Menurut almarhum Dr. Ali Syari'ati, seorang cendekiawan Muslim kelas dunia asal Iran, dan almarhum Soedjatmoko, seorang cendekiawan Indonesia tersohor dunia, bahwa seorang cendekiawan mempunyai tanggung jawab sejarah bangsanya. 

Karena itulah, seorang cendekiawan harus mampu dan terus berusaha untuk memperbaiki kehidupan bangsanya.

Menurut Ali Syari'ati, seorang cendekiawan, atau seorang intelektual, kalau di Indonesia, juga seorang kiai, ustadz, ulama, merupakan golongan orang yang disebut raushan Fikri, yang artinya orang yang mempunyai pemikiran cemerlang atau kelompok orang tercerahkan.

Sebagai seorang cendekiawan muslim, maka mereka mempunyai tugas dan tanggung jawab kecendekiawananya. Tugas dan tanggung jawabnya itu ialah, harus mempelajari dan memahami Islam.

Cara mempelajari dan memahami Islam adalah  mengenali Allah SWT kemudian dengan membandingkan dengan sesembahan yang lain. 

Kemudian mempelajari dan memahami Kitab Suci Al-Quran, dan membandingkannya dengan kitab suci lainya, termasuk kitab buatan manusia.

Selanjutnya, mempelajari dan memahami kepribadian Rosululloh Muhammad SAW, dan membandingkannya dengan tokoh tokoh besar yg berperan dalam perubahan sejarahdunia .  Dan yang terakhir adalah mempelajari tokoh tokoh Islam terkemuka dan kemudian membandingkan dengan tokoh tokoh agama lain atau aliran aliran pemikiran lain.

Sementara menurut Soedjatmoko, seorang cendekiawan harus mempunyai idealisme. Namun edialisme kaum cendekiawan harus disertai pragmatisme dalam bertindak. Artinya untuk melawan kemandegan (kejumudan), cendekiawan bukan hanya dituntut keberanian, tetapi harus dengan keluwesan yg cerdik dan pemahaman yang mendalam bagi masyarakat dan bangsa.

Karena itulah, menurut Soedjatmoko, seorang cendekiawan harus mampu memberi sumbangan, bagi bangsanya dengan merubah persepsi bangsanya dalam menghadapi berbagai persoalan, merubah kemampuan bangsa dalam menghadapi masalah baru, dan mengubah aturan main dalam pergulatan politik.

Akan tetapi menurut almarhum Achmad Syafi'i Ma'arif, saat ini kaum cendekiawan/intelektual dihadapkan pada masalah tarik-menarik antara edialisme dan pragmatisme. Karena itulah muncul istilah intelektual pragmatis.

*Mantan Wartawan Republika dan Ketua Majelis Pengurus ICMI Orda Nganjuk
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System