Ancaman Golput Menyeruak di Pilkades Desa Garu, Ini Penyebabnya

Kedua Calon Kades saat penyampaian visi misi Pilkades Desa Garu, Kecamatan Baron, Kamis 7 Februari 2019 (ist)

Kamis 7 Februari 2019
by Panji Lanang S

matakamera, Nganjuk - Seminggu menjelang pelaksanaan pilkades serentak, suasana politik di Desa Garu, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk memanas.

Ini setelah meluasnya kabar, bahwa banyak warga yang memiliki hak pilih, akan ramai-ramai golput pada hari H pencoblosan Selasa pon, 12 Februari 2019 nanti.

Menurut informasi yang dihimpun matakamera.net, ancaman golput itu dipicu oleh kekecewaan warga, karena aspirasi dan keinginan mereka terkait pilkades tidak terpenuhi.

Yakni, soal keinginan warga lanjut usia, warga yang sedang sakit, atau warga yang tidak bisa meninggalkan pekerjaannya di sawah, yang memiliki keterbatasan dan membutuhkan bantuan untuk bisa datang mencoblos ke TPS.

Keresahan itu salah satunya diungkapkan
Abdul Kholiq, 39, warga Dusun/Desa Garu, yang mengeluhkan kondisi beberapa warga di lingkungannya yang sudah lansia, dan kesulitan datang ke TPS.

Selain tak punya tenaga untuk datang ke TPS, mereka juga mengalami katarak, sehingga sangat sulit kalau harus dibonceng sepeda motor.

Dia berharap ada mobil antar jemput, supaya orangtuanya bisa ikut nyoblos.

"Ini demi keselamatan, apalagi banyak pemilih yang sudah lanjut usia. Kalau nggak ada mobil antar jemput, saya juga repot harus mondar-mandir antar jemput mereka, kan malah ribet dan rawan dijalan. Solusinya ya disediakan mobil antar jemput," ujarnya, saat dikonfirmasi Rabu 7 Februari 2019.

Warga Desa Garu lainnya, Subangun, 65, buruh tani asal Garu, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, bahkan terang-terangan mengaku, tidak akan datang ke TPS jika tidak ada uang ganti rugi.

Karena ekonominya yang pas-pasan, dia lebih memilih untuk bekerja seperti hari biasa untuk mendapatkan uang buat kebutuhan keluarga.

"Kalau nggak ada uang ganti rugi, saya gak nyoblos dan lebih baik saya bekerja dan dapat uang untuk kebutuhan hidup," serunya.

Menanggapi aspirasi warga tersebut, Imam Syafi'i, Calon Kades Garu bernomor urut 1 mengaku, pihaknya sudah menyampaikan semua usulan warga tersebut, pada saat pertemuan dengan calon kades lain dan panitia. Namun, tidak menemukan kesepakatan.

Imam mengaku heran dengan sikap calon Kades yang menjadi rivalnya.

Menurutnya, terlepas dari segala aturan yang ada, uang transportasi Rp 50 ribu sebagai pengganti para pekerja buruh harian akan lebih bijak, bila tidak dipersoalkan, asal tidak terlalu mencolok dan tidak terang-terangan.

"Mengingat ada Pergub yang menjadi landasan bagi panitia pelaksana. Bahkan sangat tidak masuk akal kalau memberi secuil makanan akan dianggap sebagai gratifikasi. Kan aneh kalau panitia justru mengabulkan usulan Calon Kades Gaguk Setiana yang tidak setuju akan hal ini," protesnya.

Imam Syafi'i menyampaikan, saat ini masyarakat bersuka cita ikut berdemokrasi untuk mensukseskan Pilkades, sehingga sudah seharusnya mendapat apresiasi dari semua calon yang akan berlaga. Dia menandaskan, siapapun calon yang sudah mengumbar janji-janji manis untuk mengelabuhi masyarakat, termasuk janji yang katanya setulus hati memperhatikan dan melayani, sangat tidak layak dipilih jika untuk hal sederhana saja tidak berempati.

"Warga Desa Garu rela mengorbankan tidak bekerja satu hari, bahkan ada yang datang jauh dari luar kota. Uang recehan 50 ribu pastilah tidak akan cukup bila dihitung sebagai pengganti. Kan bisa antar calon kades patungan 25 ribuan atau 50 ribuan, untuk dikumpulkan bersama ke panitia. Sungguh aneh sikap Kades Gaguk ini," katanya.

Beruntung, kata Imam Syafi'i, usulan pihaknya terkait adanya pengamanan pada malam sebelum hari H dan adanya mobil antar jemput warga ke TPS disetujui panitia. Meskipun alot karena calon kades lawan menolak, ia bersusah payah memperjuangkan hal itu karena demi kebaikan masyarakat bersama.

"Saya hanya berharap, agar Panwas dan pihak terkait berpihak ke masyarakat, bukan ke Calon Kades sebelah yang hanya menebar janji-janji manis guna mengelabuhi masyarakat. Dan tidak ada jaminan bahwa yang tidak memberi apapun kepada warga masyarakat akan memimpin lebih baik di desa," pungkasnya.

Gaguk Setiana, Calon Kades Garu nomor urut 2 saat dikonfirmasi wartawan mengatakan, persiapan saat ini adalah merekut kader-kader yang siap melakukan perubahan untuk Desa Garu. Sedangkan, yang paling urgen untuk warga Desa Garu adalah sertipikat Prona. Karena banyak warga yang menantikannya.

"Selain itu juga bidang kesehatan termasuk penyediaan ambulan desa segera mungkin kita siapkan. Supaya benar-benar bisa melayani masyarakat tidak mampu yang membutuhkan," ujarnya.

Sementara itu, disinggung terkait kemauan warga, Mohammad Mujib, Ketua Panitia Pilkades Garu menyampaikan, poin pertama tentang keamanan sudah teratasi dan disepakati bersama oleh kedua calon Kades. Dan untuk kendaraan jemputan bagi warga pemilih, masih akan ditentukan pada tanggal 10 Pebruari 2019 nanti.

"Akan tetapi kalau untuk uang transport bagi pemilih yang diusulkan urunan dari kedua calon, ternyata tidak ditemukan kesepakatan. Karena calon kades nomor urut 2 tidak menyetujui, dengan alasan tidak sanggup memberikan itu. Jadi ya tergantung bagaimana masing-masing calon itu saja," kata Mujib di Kantor Desa Garu.

(ds/ab/2019)
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System