Khawatir Timbulkan Banjir, Warga Balongrejo Demo Menolak Galian Tanah Urukan Tol

Nganjuk
Aksi massa warga Desa Balongrejo, Bagor, Nganjuk, saat berorasi di tepi jalan desa dan kemudian berdialog dengan perwakilan usaha tambang di Balai Desa Balongrejo, 8 Juni 2016
matakamera, Nganjuk - Massa dari warga Desa Balongrejo, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, pada Rabu siang 8 Juni 2016 melakukan aksi demonstrasi menolak kegiatan penggalian tanah urukan, alias Galian D di wilayah desa mereka. Menurut informasi, aktivitas tambang itu dijalankan oleh CV Alfa Mandiri milik Ali Murtadlo, seorang pengusaha asal Kediri. Alasan warga antara lain karena khawatir dampak aktivitas pengerukan tanah akan menimbulkan bencana alam berupa banjir, hingga rusaknya jalanan kampung dan polusi debu.
Aksi dimulai sekitar pukul 09.00, ditandai dengan berkumpulnya sekitar 70 orang warga desa setempat di perempatan jalan tak jauh dari Kantor Desa Balongrejo. Mereka melakukan orasi sambil membawa spanduk bertuliskan "Warga Balongrejo menolak Galian D dengan alasan apapun!".
Setelah sekitar 30 menit melakukan aksi turun ke jalan, massa kemudian diundang oleh kepala desa dan Muspika Bagor untuk berdialog di Balai Desa Balongrejo. Dialog dibuka langsung oleh sang kepala desa (kades), Supriyanto, bersama Plt Camat Bagor Hariyanto dan jajaran muspika. Di hadapan massa, kades Supriyanto langsung memberi kesempatan perwakilan warga untuk berbicara. "Silahkan warga yang ingin menyampaikan uneg-unegnya," lontar Supriyanto.
Bandi, salah seorang warga langsung angkat bicara dan menyatakan menolak rencana galian yang informasinya di gunakan untuk pengurukan jalan tol tersebut. "Gimana dengan nasib anak cucu kita jika terjadi banjir,"ujar  pria yang juga Koordinator Forum Penyelamat Lingkungan Desa Balongrejo tersebut.
Perwakilan warga lainnya, Sumardi, juga menyambung dengan desakan agar proyek galian dibuatkan akses jalan lain, terutama untuk lalu-lalang truk. "Saya tidak setuju jika jalan desa dilalui truk!"tegasnya. Alasannya antara lain karena truk pengangkut tanah uruk kerap menimbulkan polusi debu dan bising, serta merusak jalan kampung.
Sumarno, satu lagi warga pendemo juga mengaku khawatir, galian akan mendatangkan bencana banjir dan mengganggu akses warga menuju ladang mereka. "Kalau jalan rusak dan putus  masyarakat tidak bisa mengerjakan ladang!" selorohnya. Salah seorang warga juga sempat terang-terangan menuding, bahwa rencana kegiatan penggalian diduga di-back up oleh oknum perangkat desa. "Saya melihat sendiri perangkat malah mendukung pihak yang setuju, rapatnya di mushola. Sampai kapanpun kita tidak setuju dengan alasan apapun!!"semprotnya.
Mendengar ada tudingan miring tersebut, Kades Supriyanto langsung membantahnya di hadapan massa. Dia juga memberikan argumen terkait sebagian warga lain yang saat ini sudah mendukung adanya kegiatan galian D tersebut di Desa Balongrejo. "Sosialisasi kita melibatkan perwakilan semua elemen massyarakat. Jika kegiatan itu bermanfaat bagi warga mengapa ditolak. Kita juga memberikan hak kepada pemilik tanah yang setuju untuk mendapatkan nilai tambah," ujar sang kades.
Dalam dialog hadir pula si pengusaha pemilik galian, Ali Murtado, yang ikut menjawab, bahwa pihaknya menyanggupi segala tuntutan warga asal warga bisa diajak berbicara dengan kepala dingin. "Jika warga tidak ngotot menolak terus-terusan, dengan berbagai alasan,
kami siap memenuhi kemauan warga," jawab Ali.
Menurutnya, jika warga khawatir terjadinya banjir, pihaknya siap membuatkan terasiring dan tanggul  untuk memgindari mencegahnya. "Yang penting warga bisa diajak kerjasama yang saling menguntungkan, " ujarnya..
Menurut informasi, galian D yang merupakan tanah uruk padas itu sudah dimulai sejak tahun 2009. Menurut keterangan kades, CV Alfa Mandiri sempat melakukan penggalian atas seizin pemilik tanah, izin dari Pemprov Jatim,  serta rekomendasi  Dinas Kehutanan Nganjuk atas persetujuan Kementrian Kehutanan. Namun karena sebagian besar warga menolak, proyek beromzet miliaran yang diperkirakan memakan area seluas  25 hektare itu kini terancam tutup.
Sampai dialog berakhir pukul 12.00, belum ada titik temu antara kedua belah pihak, baik warga maupun kubu pengusaha galian. Namun Ali memberi isyarat, bahwa jika di kemudian hari warga masih bersikukuh menolak, pihaknya menyiapkan rencana untuk angkat kaki dari desa setempat.(ro/ab)

M. Roissudin


Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System