Tarijah, Nenek asal Nganjuk yang Naik Haji dari Jualan Karak dan Barang Bekas

nganjuk

Rabu 1 Agustus 2018
by Panji LS

matakamera, Nganjuk – Jika tahun lalu ada Sujinah, penjual tiwul di Pasar Prambon yang mampu berhaji (baca beritanya di Sini), tahun ini ada kisah yang tak kalah inspiratif, yang datang dari sosok Tarijah, nenek 78 tahun penjual nasi aking (karak) di Pasar Wage Nganjuk.

Dengan kondisi hidup yang pas-pasan, Tarijah ternyata berhasil mewujudkan mimpinya berangkat ke Tanah Suci.

Untuk bisa terdaftar sebagai calon jamaah haji dan berangkat tahun ini, perjuangan Tarijah cukup panjang. Nenek asal Kelurahan Bogo, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk ini harus mengumpulkan uang hasil jualannya sedikit demi sedikit, selama 15 tahun sejak 2003.

“Alhamdulillah, saya bersyukur  doa dan usaha saya akhirnya terkabul,” ujar Tarijah.

Jika tidak ada perubahan, Tarijah yang berangkat melalui kloter 59 embarkasi Juanda Surabaya, akan dilepas bersama ratusan calon jemaah haji asal Kabupaten Nganjuk lainnya pada 5 Agustus 2018 mendatang.

Tarijah menuturkan, sejak suaminya meninggal dunia 15 tahun silam karena sakit, dia tinggal bersama cucunya di rumah sederhana. Untuk memasak sehari-hari pun dia masih menggunakan tungku kayu bakar.

Semua pekerjaan rumah hingga berjualan di Pasar Wage dikerjakan sendiri. Pagi, setelah menjalankan Solat  Subuh,Tarijah terbiasa berjalan kaki sejauh sekitar dua kilometer menuju tempat berjualan Pasar Wage Nganjuk.

Selain nasi aking (karak), Tarijah juga menjual koran bekas, botol minuman air mineral bekas, hingga aneka macam bumbu dapur.

Rutinitas berjualan nasi aking dan barang bekas sudah dilakoni Tarijah selama puluhan tahun. Namun, keinginan untuk menunaikan ibadah Haji sebagai rukun Islam ke-lima, baru muncul setelah suaminya meninggal 15 tahun silam.

Uniknya, Tarijah tidak menabung uang hasil berjualannya di bank, tetapi disimpannya di balik kasur dan bantal tempatnya tidur.

Setelah berjalan sekitar 7 tahun, uang hasil jualan terkumpul Rp 20 juta. Uang yang ditabung di bawah bantal tersebut lantas dijadikan uang muka pembayaran pendafataran naik haji, pada tahun 2010 lalu.

Merasa biaya naik haji masih kurang dari Rp 25.000.250,- Tariyah pinjam dari tetangganya. Sambil menunggu jadwal pemberangkatan, Tariyah terus menyisihkan hasil penjualan nasi akingnya untuk melunasi hutangnya.

“Waktu daftar, uang saya belum cukup untuk bayar. Akhirnya saya pinjam tetangga, sambil nunggu jadwal pemberangkatan, hutang sudah bisa lunas,” kata Tarijah.

Menjelang pemberangkatan ke tanah suci, Tariyah mendapat ucapan selamat dari rekan sesama pedagang di Pasar Wage dan para tetangganya. Lantaran, tidak disangka, dari hasil jualan nasi aking, dapat naik haji.

(ds/ab/2018)

Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System