![]() |
Ketua DPC PDIP Nganjuk Tatit Heru Tjahjono bersama jajaran pengurus memotong tumpeng doa bersama-renungan Kudatuli di kantor DPC PDIP setempat, Sabtu (26/7/2025) |
Acara yang khidmat ini menjadi pengingat penting akan sejarah panjang perjuangan PDI Perjuangan.
Dalam sambutannya yang penuh semangat, Ketua DPC PDI Perjuangan Nganjuk, Tatit Heru Tjahyono, menegaskan bahwa peristiwa Kudatuli adalah pelajaran sejarah yang tak ternilai bagi seluruh keluarga besar partai.
"Kader-kader muda, termasuk para bakal caleg dan kita semua, harus selalu ingat dengan peristiwa ini. Kudatuli tak sekadar sejarah perjalanan demokrasi di PDI Perjuangan, juga dalam berbangsa dan bernegara," ujar Tatit, yang juga Ketua DPRD Nganjuk ini.
Tatit mengajak seluruh kader untuk senantiasa mengingat bahwa kebesaran PDI Perjuangan saat ini ditempa melalui berbagai situasi dan kondisi perpolitikan yang berat dari waktu ke waktu.
"Perjalanan PDI Perjuangan membuka ruang demokrasi di negeri ini, diiringi keringat, air mata bahkan nyawa dari kader maupun rakyat," imbuhnya, menyiratkan pengorbanan besar yang telah dilalui.
Secara pribadi, Tatit berbagi kisah mengharukan tentang almarhum ayahnya, Soesilo Muslim, yang merupakan salah satu dari sekian banyak kader asal Nganjuk yang turut berjuang gigih mempertahankan kantor DPP PDI Pro Megawati saat direbut paksa dalam peristiwa Kudatuli. Kisah ini menjadi bukti nyata dedikasi kader dalam membela partai.
"Semangat para senior partai, kiranya patut kita teladani dalam upaya mensejahterakan rakyat melalui PDI Perjuangan," kata Tatit.
Dengan mengenang dan meneladani sejarah perjuangan kader, ia meyakini bahwa setiap anggota partai akan memiliki bekal kuat untuk membersamai rakyat, dalam suka maupun duka.
Peringatan Kudatuli ini, menurut Tatit, juga menjadi pelecut semangat bagi kader PDIP di Nganjuk. "Untuk semakin solid bergerak dan militan dalam menghadapi PDI Perjuangan ke depan," tandasnya, menegaskan komitmen untuk terus maju dan berjuang demi rakyat.
Sebagai informasi, peristiwa Kudatuli adalah serangan brutal terhadap kantor DPP PDI di Jakarta, yang kala itu dipimpin Megawati Soekarnoputri.
Tragedi ini tercatat sebagai salah satu tragedi kelam dalam sejarah demokrasi Indonesia di masa Orde Baru, memicu perlawanan luas di berbagai daerah dan menjadi simbol perjuangan panjang demi kebebasan berdemokrasi.
Rif/Pas/2025
0 komentar:
Posting Komentar