Tradisi turun-temurun ini menjadi puncak dari rangkaian acara Suroan Sedudo Fest 2025, yang sebelumnya diawali dengan Kirab Pusaka dan Jamasan Pusaka di Desa Ngliman.
Prosesi dimulai dengan Tari Grojogan Sedudo sebagai bentuk penyambutan, dilanjutkan dengan Tari Bedaya Amek Tirta yang menggambarkan pengambilan air suci.
Momen utama ritual adalah pengambilan air dari Grojokan Sedudo oleh para penari Amek Tirta, lalu dilanjutkan dengan siraman bersama oleh para pejabat dan masyarakat, yang menjadi inti dari tradisi sakral ini.
Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi bersama Wakil Bupati Trihandy Cahyo Saputro, memimpin langsung prosesi tersebut, didampingi jajaran Forkopimda Nganjuk beserta istri.
Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi bersama Wakil Bupati Trihandy Cahyo Saputro, memimpin langsung prosesi tersebut, didampingi jajaran Forkopimda Nganjuk beserta istri.
Sejumlah pejabat dari berbagai daerah juga turut hadir, seperti Kepala Bakorwil II Bojonegoro, Wakil Bupati Bojonegoro, Asisten 1 Kabupaten Jombang, hingga Staf Ahli Wali Kota Kediri.
Dalam sambutannya, Kang Marhaen menegaskan bahwa ritual Siraman Sedudo bukan hanya warisan budaya, tapi juga sarana untuk menyatu dengan alam dan menghargai karunia Tuhan.
“Air Sedudo sejak zaman Majapahit dipercaya membawa berkah dan awet muda, tapi yang lebih penting adalah niatnya. Ini bukan sekadar ritual, tapi ajakan untuk mencintai alam. Kalau kita mencintai alam, maka alam akan menyayangi kita,” ungkapnya.
Acara ditutup dengan prosesi wilujengan sebagai ungkapan syukur atas limpahan berkah dan keselamatan. Ribuan warga yang memadati kawasan wisata Sedudo menjadi saksi antusiasme tinggi masyarakat dalam melestarikan budaya leluhur.
Siraman Sedudo 2025 bukan hanya menjadi magnet wisata budaya, tetapi juga bukti nyata komitmen Pemerintah Kabupaten Nganjuk dalam mengembangkan potensi wisata berbasis kearifan lokal dan nilai spiritual.
Rif/Pas/adv/2025
Dalam sambutannya, Kang Marhaen menegaskan bahwa ritual Siraman Sedudo bukan hanya warisan budaya, tapi juga sarana untuk menyatu dengan alam dan menghargai karunia Tuhan.
“Air Sedudo sejak zaman Majapahit dipercaya membawa berkah dan awet muda, tapi yang lebih penting adalah niatnya. Ini bukan sekadar ritual, tapi ajakan untuk mencintai alam. Kalau kita mencintai alam, maka alam akan menyayangi kita,” ungkapnya.
Acara ditutup dengan prosesi wilujengan sebagai ungkapan syukur atas limpahan berkah dan keselamatan. Ribuan warga yang memadati kawasan wisata Sedudo menjadi saksi antusiasme tinggi masyarakat dalam melestarikan budaya leluhur.
Siraman Sedudo 2025 bukan hanya menjadi magnet wisata budaya, tetapi juga bukti nyata komitmen Pemerintah Kabupaten Nganjuk dalam mengembangkan potensi wisata berbasis kearifan lokal dan nilai spiritual.
Rif/Pas/adv/2025
0 komentar:
Posting Komentar