![]() |
Mensos Saifullah Yusuf saat menjadi keynote speaker seminar pengusulan Marsinah sebagai pahlawan nasional, di Hotel Front One Nganjuk, Jumat (10/10/2025) |
Hal itu ia sampaikan dalam seminar dan uji publik bertajuk “Marsinah: Perjuangan, Kemanusiaan, dan Pengakuan Negara” yang digelar di Front One Ratu Hotel, Kabupaten Nganjuk, Jumat (10/10/2025).
Acara tersebut menjadi bagian penting dari tahapan pengusulan gelar Pahlawan Nasional, sebuah penghargaan negara yang membutuhkan kajian mendalam, dukungan publik, serta proses verifikasi ketat.
Hadir pula Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, Wakil Bupati Nganjuk Trihandy Cahyo Saputro, keluarga almarhumah Marsinah, serta berbagai elemen masyarakat yang dengan seksama mengikuti jalannya seminar.
Dalam pidatonya, Gus Ipul menegaskan bahwa perjuangan Marsinah adalah potret nyata dari nilai-nilai luhur kemanusiaan.
“Marsinah bukan pejabat, bukan pengusaha, bukan tokoh besar. Ia hanyalah seorang buruh, gadis muda dari Desa Nglundo, Nganjuk. Tetapi keberaniannya mengguncang nurani kita hingga hari ini,” ujar Gus Ipul penuh semangat.
Untuk diketahui, Marsinah lahir pada 10 April 1969 dan pernah bekerja di PT Catur Putra Surya, Sidoarjo. Ia dikenal vokal memperjuangkan kesejahteraan buruh dan aktif dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI).
Keberaniannya bersuara membuatnya menjadi simbol perjuangan kaum buruh, terutama dalam menuntut hak yang adil serta kehidupan yang layak.
Bagi Gus Ipul, perjuangan Marsinah tidak boleh hanya dikenang sebagai sejarah, melainkan ditafsirkan sebagai pesan moral bagi generasi bangsa. “Marsinah tidak berjuang untuk dirinya sendiri. Ia berjuang untuk martabat buruh, untuk rezeki yang layak, dan untuk rasa keadilan yang sederhana,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa Marsinah mewakili nilai Pancasila sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab.
“Marsinah tidak membawa senjata, tetapi membawa hati yang jujur. Ia adalah simbol keberanian untuk berkata benar, bahkan ketika dunia memilih diam,” tambah Gus Ipul.
Dukungan terhadap pengusulan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional semakin kuat setelah Presiden Prabowo Subianto menyampaikannya secara langsung saat peringatan Hari Buruh 1 Mei 2025 lalu di Jakarta.
Menurut Gus Ipul, hal ini menunjukkan bahwa negara memberi perhatian besar terhadap perjuangan rakyat kecil yang tulus dan murni.
“Ketika Presiden berbicara tentang Marsinah, beliau sesungguhnya mengajak kita merenungkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar penghargaan. Ini adalah pesan moral agar generasi muda belajar dari keteguhan hati seorang buruh perempuan,” kata Gus Ipul.
Kementerian Sosial, lanjutnya, akan menjalankan perannya dalam menilai dan mengkaji pengusulan ini secara objektif. Namun ia menekankan bahwa lebih dari sekadar gelar, yang terpenting adalah menyalakan kembali semangat keberanian, solidaritas, dan kejujuran yang diwariskan Marsinah.
“Semoga diskusi ini memperkaya pemahaman kita semua tentang arti perjuangan dan kemanusiaan. Mengusulkan Marsinah sebagai Pahlawan Nasional bukanlah sekadar mengenang, tetapi menegakkan martabat bangsa,” tutup Gus Ipul.
Kini, 32 tahun setelah kepergiannya, api perjuangan Marsinah kembali menyala. Dari Nganjuk, semangat seorang buruh perempuan sederhana berpeluang diabadikan negara sebagai Pahlawan Nasional.
Rif/Pas/2025
0 komentar:
Posting Komentar