Seribu Bungkus Sejuta Cerita: Desa Gejagan Rawat Warisan Kuliner Leluhur lewat Festival 1000 Botok

Ahad 30 November 2025

NGANJUK, matakamera.net - Desa Gejagan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, mendadak menjadi pusat keramaian pada Ahad pagi (30/11/2025). Lapangan desa yang biasanya tenang mendadak penuh dengan gelak tawa, obrolan hangat, dan aroma khas daun pisang yang mengepul dari tenda-tenda stan yang berjajar tapi.

Sehari itu, Desa Gejagan menjadi rumah bagi sebuah perayaan unik namun penuh makna, yang diberi nama Festival 1000 Botok.

Botok, hidangan tradisional Jawa berbahan dasar ampas kelapa yang dibumbui rempah dan dibungkus daun pisang, menjadi bintang panggung.

Bukan satu jenis, melainkan empat varian yang sarat cita rasa Nusantara: Botok Ontong dari jantung pisang, Botok Lamtoro dengan aromanya yang khas, Botok Sembukan yang unik, serta Botok Tahu-Tempe yang familiar di lidah semua kalangan.

Sejak matahari baru naik, ratusan warga dari Gejagan, desa tetangga, hingga pengunjung luar kota sudah memadati lapangan. Mereka menunggu dengan antusias ribuan botok yang tengah dikukus oleh tangan-tangan cekatan ibu-ibu PKK dan para pelaku UMKM desa. 


Dengan bumbu halus bawang, garam, gula, dan rempah yang seadanya namun sarat kehangatan, 1.000 bungkus botok itu lahir dari gotong royong yang sejak lama menjadi napas pedesaan Jawa.


Benar saja, hanya dalam hitungan menit, seluruh botok langsung ludes. Aroma gurih yang sejak pagi menguar terbukti menjadi magnet yang tak bisa ditolak warga dan wisatawan.

Festival ini merupakan hasil kolaborasi mahasiswa KKN Destinasi Pariwisata Universitas Airlangga dengan warga setempat. Upaya sederhana yang berbuah besar. Dosen Pembimbing Lapangan KKN Unair, Dr. Sri Endah Nurhidayati, tampak tak kuasa menyembunyikan rasa bangganya.

“Ini kali kedua kami mengadakan aktivitas di desa ini. Kami tidak menyangka empat jenis botok itu ludes dalam hitungan menit,” ujar Sri Endah sambil tersenyum.

Untuk menyemarakkan suasana, pihaknya juga menyiapkan doorprize sebagai bentuk apresiasi bagi UMKM dan para pelatih yang turut mendukung kegiatan ini.

Namun festival ini bukan sekadar pesta kuliner gratis. Di balik bungkus-bungkus daun pisang itu, ada mimpi besar yang sedang dibangun. Yakni menjadikan kuliner lokal sebagai kekuatan wisata desa.

Desa Gejagan, lewat festival ini, ingin memperkenalkan diri sebagai desa dengan kekayaan gastronomi yang layak diperhitungkan.


Kepala Desa Gejagan, Dedy Nawan, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para mahasiswa KKN dan warga yang terlibat dari proses awal hingga akhir. “Alhamdulillah, semuanya berbagi membuat botok. Bahannya dari tempe, lumbu ijo, dan bumbu sederhana seperti bawang, garam, dan gula,” tuturnya.


Antusiasme warga semakin membuncah saat sesi pembagian doorprize dibuka. Sementara itu, salah satu perajin botok, Khusnul Fatimah, menyampaikan kebanggaannya karena bisa turut andil dalam acara besar ini.

“Ada 1.000 botok, empat macam. Ontong, lamtoro, tahu tempe, dan sembukan. Tidak diperjualbelikan, ini gratis untuk pengunjung,” jelasnya.

Festival 1000 Botok membuktikan satu hal: bahwa makanan tradisional tidak pernah kehilangan tempatnya di hati masyarakat. Di Gejagan, botok bukan sekadar hidangan. Ia adalah cerita tentang kebersamaan, kerja kolektif, dan harapan untuk masa depan desa yang lebih hidup.
Warga berharap festival ini bukan yang terakhir.

Tahun depan, mereka bermimpi menghadirkan acara yang lebih besar, lebih meriah, dan tetap setia pada cita rasa tradisi yang membumi. Karena dari selembar daun pisang, Gejagan telah menunjukkan bahwa kuliner mampu menjadi jembatan antara tradisi warisan leluhur dan masa depan.

Rif/Pas/2025
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Comments System