![]() |
| Jembatan Kedungdowo Nganjuk ambruk total pada Ahad sore (30/11/2025), di mana ini bukan kejadian pertama. Jembatan yang sama pernah ambruk pada Tahun 2013 |
Ia selamat hanya karena berhasil melompat sesaat sebelum struktur jembatan menghantam dasar sungai.
Peristiwa runtuhnya jembatan tersebut ternyata bukan yang pertama. Di titik lokasi yang sama, jembatan tersebut juga pernah roboh tiga belas tahun lalu. Waktu itu, kasusnya bahkan sempat diusut aparat penegak hukum.
Pada 2013, Jembatan Kedungdowo juga ambruk dengan kondisi yang hampir serupa. Struktur tidak mampu menopang beban, penyangga mengalami kerusakan, dan mutu konstruksi dipertanyakan publik.
Saat itu, Kejaksaan Negeri Nganjuk turun tangan. Tim penyidik memeriksa kemungkinan adanya penyelewengan dalam pembangunan konstruksinya. Indikasi awal mengarah pada dugaan pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi. Namun perjalanan kasus itu berhenti di tengah jalan. Kasusnya di-SP3.
![]() |
| Tampak kaki Jembatan Kedungdowo sudah patah sebelum peristiwa terjadi |
Setelah itu, jembatan dibangun ulang oleh Dinas PUPR Kabupaten Nganjuk, dan masyarakat kembali menggunakan akses tersebut. Warga berharap jembatan baru itu akan bertahan lebih lama dari pendahulunya.
Namun harapan tinggal harapan. Jembatan yang dibangun ulang itu kembali menunjukkan tanda-tanda kerusakan parah.
Pada pertengahan 2024, pengecekan teknis menemukan fakta mengejutkan. Enam dari delapan tiang penyangga jembatan sudah putus.
Dalam bahasa teknis, struktur seperti ini seharusnya langsung ditutup total. Namun jembatan tetap dibiarkan digunakan oleh warga.
Kepala Desa Kedungdowo, Suprapto, menjelaskan bahwa ia telah melaporkan kerusakan itu ke berbagai instansi. Mulai Dinas PUPR Kabupaten Nganjuk, BPBD Nganjuk, serta langsung kepada Bupati Nganjuk.
Namun laporan itu tidak mendapat respons cepat. Tidak ada penanganan konstruktif, tidak ada tindakan darurat, dan tidak ada pembatasan penggunaan jembatan.
Yang ada hanya penantian panjang, sampai akhirnya jembatan itu kembali runtuh pada 2025 ini, seperti mengulang tragedi 2013.
Jika 2013 dianggap sebagai insiden teknis, maka 2025 memperlihatkan pola yang serupa. Yakni kerusakan struktural, dugaan mutu konstruksi yang dipertanyakan, laporan warga yang tidak segera ditindaklanjuti, dan penanganan pemerintah yang baru bergerak setelah konstruksi benar-benar gagal total.
Fakta bahwa Jembatan Kedungdowo 2025, yang dibangun ulang pasca kasus 2013, mengalami kerusakan fatal hanya dalam rentang waktu tidak terlalu panjang, menimbulkan pertanyaan besar. Apakah mutu konstruksi pembangunan ulang benar-benar sesuai standar?
Kini warga Kedungdowo harus menerima konsekuensi dari dua kali ambruknya jembatan vital tersebut. Akses terputus, ekonomi ikut tersendat.
Rif/Pas/2025


0 komentar:
Posting Komentar