Bendungan Semantok dan Sepatu Gripis Pak Taufiq

Taufiqurrahman, Bupati Nganjuk periode 2008 - 2017
Selasa 20 Desember 2022

matakamera, Nganjuk - Bukan perkara mudah mewujudkan Bendungan Semantok menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). Pun, tidak semua daerah bisa mendapatkan predikat prestisius tersebut.

Ada perjuangan berat dan konsistensi di baliknya. Sehingga, berhasil mewujudkan bendungan megah yang membuat bangga masyarakat Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur tersebut.

Tak bisa dipungkiri, sosok yang paling berperan dan menjadi kunci direstuinya pembangunan bendungan terpanjang se-Asia Tenggara itu adalah mantan Bupati Nganjuk Taufiqurrahman.

Pak Taufiq, sapaan akrabnya, memang sejak lama mendambakan Kabupaten Nganjuk memiliki bendungan besar sekaligus ikonik. Pemikiran itu sudah ada di benaknya sejak periode pertamanya sebagai Bupati Nganjuk, pada 2008-2013 silam.

Mulanya, tahun 2008 dan 2009, Pak Taufiq mengalokasikan anggaran pekerjaan detail engineering design (DED) untuk bendungan baru. Ketika itu ia mencoba lokasi di sekitar aliran Sungai Kuncir. Namun, rencana membendung sungai yang berhulu di Gunung Wilis itu rupanya tidak berjalan maksimal.

Pertimbangannya, karakteristik tanah di kawasan setempat dinilai kurang cocok. Begitu pula dengan potensi airnya.

Menurut Taufiq, jika aliran Sungai Kuncir dibesarkan menjadi bendungan, maka dampaknya akan banyak sekali penduduk yang tergusur. Termasuk bangunan-bangunan di atas lahan yang sudah permanen.

Di samping itu, kapasitas penampungan airnya juga dinilai tidak bisa maksimal. Kalaupun dipaksakan, menurut Taufiq akan riskan menimbulkan dampak negatif yang merugikan masyarakat. 

Mau tak mau, rencana pembangunan bendungan yang berada di wilayah Nganjuk selatan itu pun urung dilakukan.

Berikutnya, mantan kepala daerah yang pernah berpasangan dengan KH Abdul Wachid Badrus itu langsung mencari alternatif lokasi lain. Tim survei pun diterjunkan ke sejumlah lokasi baru yang dinilai potensial.

Ia memang tidak serta-merta mengubur impian besarnya. Apalagi, Taufiq saat itu juga menyadari, bahwa Kabupaten Nganjuk merupakan daerah pertanian, tetapi ironisnya sering kekurangan air. 

Tiap musim kemarau pasti kehabisan air. Terutama di wilayah utara.

Dalam pengamatannya, selama puluhan tahun para petani di belahan utara Nganjuk mengandalkan pasokan air dari Waduk Kali Bening, yang berada di Saradan, Kabupaten Madiun.

Sekitar tahun 2010, Taufiq juga menerima aspirasi dari masyarakat petani dan pengguna air di Kecamatan Rejoso dan Kecamatan Gondang. Mereka rupanya juga sudah lama mendambakan bendungan baru dibangun di wilayah setempat.

Aspirasi tersebut disampaikan oleh Koeswodiyono, pensiunan pegawai UPTD Dinas Pengairan Nganjuk, yang juga aktivis Forum Peduli Sumber Air (FPSA).

Koeswodiyono pula-lah yang pertama kali memiliki gagasan, untuk membangun bendungan di sekitar Sungai Semantok. Ia berkali-kali telah melakukan survei, membuat sketsa gambar, hingga menghimpun 7 ribu tandatangan petani yang meminta pembangunan bendungan baru.

Gayung bersambut. Taufiq setuju. Sampai kemudian dipilihlah lokasi di sekitar aliran Sungai Semantok. Bentuknya seperti lembah. Cocok untuk bendungan. 

Lokasi itu merupakan irisan wilayah Desa Sambikerep dan Desa Tritik, Kecamatan Rejoso.

Pada tahun 2010 sampai 2011, Taufiq langsung mengalokasikan pekerjaan DED dengan menggunakan biaya APBD. Kala itu, konsultan yang pertama kali melaksanakan adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bernama PT Indra Karya. 

Berikutnya, di tahun 2012, karena hasil DED dinilai positif dan layak, proses perencanaan Bendungan Semantok ditindaklanjuti oleh PT Virama Karya.

Pada titik inilah, Taufiq dalam kapasitasnya sebagai Bupati Nganjuk memberanikan diri untuk mendatangi Kementerian Kehutanan RI di Jakarta. 

Ia bahkan sampai harus bolak-balik Nganjuk-Jakarta, membawa berbagai persyaratan yang dibutuhkan. Taufiq berusaha keras meyakinkan pemerintah pusat, agar mendukung dan menyetujui pembangunan Bendungan Semantok.

Bendungan Semantok di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur/foto : Brantas Abipraya/2022

Tak hanya Kementerian Kehutanan, upaya yang sama juga dilakukan Taufiq ke beberapa instansi terkait lainnya. Di pusat maupun provinsi. Salah satunya Kementerian PUPR. Tahun-tahun berikutnya, ia terus melakukan upaya tersebut secara konsisten.


Rencana besar itu dipegangnya teguh. Meskipun, Taufiq juga menyadari banyak rintangan yang dihadapi. Termasuk soal keterbatasan kemampuan penggunaaan dana APBD.

Sekitar tahun 2014, upaya Taufiqurrahman semakin diperluas dengan meyakinkan lebih banyak pihak. Antara lain menghimpun dukungan DPRD Nganjuk, BBWS Brantas, hingga secara intens melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar.

Taufiq merasakan sendiri beratnya pekerjaan untuk meyakinkan pihak-pihak yang dimaksud. Tidak semata dari segi modal pembiayaan, tetapi baginya juga sangat menguras tenaga dan pikiran.

Apalagi, saat itu ia menjadi satu-satunya bupati yang berani menganggarkan pos APBD untuk pembangunan waduk atau bendungan. Khususnya, dalam pelaksanaan DED maupun pembiayaan konsultannya.

Selain itu, Taufiqurrahman juga satu-satunya bupati yang berani meyakinkan kementerian maupun kedinasan di berbagai jenjang, agar pembangunan Bendungan Semantok menjadi prioritas. Di mana, tujuan akhirnya agar ditetapkan sebagai proyek strategis nasional (PSN).

Salah satu momentum penting yang dirasakan Taufiqurrahman, yakni terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden ke-7 Republik Indonesia, pada pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2014.

Setelah Presiden Joko Widodo dilantik dan membentuk kabinet baru, Taufiq berkesempatan menghadap dan bertemu langsung kepala negara asal Solo, Jawa Tengah itu, dalam sebuah acara jamuan makan di Istana Bogor. Seingatnya tahun 2017. 

Di acara yang sama, Taufiq juga bertemu dengan Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Kesempatan emas itu tentu saja tak disia-siakan. Di hadapan orang nomor 1 di Indonesia dan beberapa pembantunya, Taufiq berusaha menyampaikan segamblang mungkin terkait kesiapan daerah, hingga proyeksi manfaat besar dari pembangunan Bendungan Semantok.

Tak disangka, pemaparan Taufiqurrahman saat itu ternyata langsung mendapat respons positif Presiden Joko Widodo. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pun merasa klop dengan rencana pembangunan Bendungan Semantok. 

Hal itu diwujudkan sang menteri dengan menempatkan Bendungan Semantok sebagai salah satu prioritas kerja dan mendapat urutan ke-8.

Taufiq menjelaskan, proyek pembangunan waduk atau bendungan yang ditangani Kementerian PUPR harus menggunakan sistem urut. Jadi, tidak serta-merta diajukan lalu langsung bisa dikerjakan. Ada tahapannya.

Untuk diketahui, Kementerian PUPR saat itu memang membuat semacam kuota, bahwa dalam setahun mereka mengerjakan dua proyek waduk atau bendungan.

Ia menggambarkan, dalam proses di kementerian tersebut terdapat tahapan verifikasi dan pembahasan khusus terkait perencanaan pembangunannya. Taufiq mengibaratkannya seperti seorang mahasiswa, yang sedang mengerjakan skripsi dan mempertahankannya di depan dosen.

Tim dari Kementerian PUPR membahas secara serius terkait layak tidaknya Bendungan Semantok dibangun, hingga menetapkan akan mendapat urutan ke berapa. Di dalamnya menurut Taufiq juga termasuk menilai pertanggungjawaban dari konsultan perencanaan yang digandeng Pemkab Nganjuk, yakni PT Virama Karya.

Dari tahapan itulah kemudian Bendungan Semantok berhasil masuk dalam daftar proyek fisik yang diprioritaskan oleh Kementerian PUPR.

Seorang pejabat eselon II di Pemkab Nganjuk mengaku mengetahui langsung kegigihan Taufiqurrahman dalam memperjuangkan Bendungan Semantok. 

Dalam perhitungannya, sudah belasan hingga puluhan kali Taufiq bolak-balik ke Jakarta, sampai benar-benar mengantongi kepastian dari pemerintah pusat. Tak sekalipun kendur semangatnya. Sang pejabat bahkan menyebut sampai ‘sepatune gripis’ (sol sepatunya tipis, bahasa Jawa).

Jerih payah Taufiqurrahman bersama jajarannya seperti terbayar lunas, manakala akhirnya pemerintah pusat benar-benar mengalokasikan anggaran nasional untuk pembangunan Bendungan Semantok, melalui Kementerian PUPR. Puncaknya adalah dengan dimulainya pekerjaan fisik pembangunan bendungan tersebut pada Desember 2017.

Dalam wawancara khusus pada 7 April 2022, Taufiqurrahman menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung terwujudkan PSN Bendungan Semantok. 

Mulai Presiden Joko Widodo, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, maupun pihak BBWS Brantas di Wiyung Surabaya. Ia juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh komponen kedinasan yang ada di Kabupaten Nganjuk, maupun masyarakat Desa Sambikerep dan Desa Tritik, begitu pula kepala desa serta camat setempat.

Taufiq secara khusus juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam untuk Almarhum Bambang Eko Suharto, mantan Kepala Bappeda Nganjuk di era kepemimpinannya. Ini karena di mata Taufiq, mendiang Bambang selalu dengan sigap menindaklanjuti setiap apa yang dianjurkannya terkait proses pembangunan Bendungan Semantok.

Lalu, apa sebenarnya yang mendasari Taufiqurrahman hingga begitu gigih memperjuangkan pembangunan Bendungan Semantok?

Menurut Taufiq, ia sebagai Bupati Nganjuk ingin meninggalkan warisan sejarah atau kenang-kenangan untuk masyarakat Nganjuk. Di mana, kenang-kenangan itu tak sekadar bersifat monumental, tetapi merupakan jawaban dari kebutuhan yang sangat mendasar yaitu air.

Taufiq menyadari dalam perjalanan pembangunan Bendungan Semantok, banyak tantangan maupun cibiran yang dihadapi. Namun hal itu justru membuatnya lebih bersemangat. Di mata Taufiq, Bendungan Semantok adalah proyek terbesar yang pernah ditangani dalam lingkup pemerintah daerah dan wajib diwujudkan.

Tantangan yang dihadapi Taufiqurrahman salah satunya datang dari DPRD Nganjuk. Karena dalam proses perencanaannya sempat diwarnai tarik-ulur antara eksekutif dan legislatif. Sejumlah pihak juga sempat mengutarakan kekhawatiran bahwa megaproyek ini tidak akan berhasil. Serta tidak akan membawa manfaat seperti yang diharapkan.

Tantangan serupa juga pernah dirasakan Taufiqurrahman ketika memperjuangkan proyek-proyek besar lainnya di Kabupaten Nganjuk, semasa ia menjadi bupati.

Antara lain pembangunan RSUD Kertosono di tahun 2015-2017 dan pembangunan Jembatan Kelutan-Papar selama tahun 2008-2016. Semuanya diakui Taufiq telah melewati cibiran-cibiran dan penuh dengan perjuangan baik secara moril maupun materiil. Namun pada akhirnya pekerjaan-pekerjaan berat tersebut bisa tuntas dan terwujud sesuai harapan.

Kembali ke Bendungan Semantok, Taufiqurrahman juga tidak bisa melupakan pengalaman berkesan, ketika ia selaku Bupati Nganjuk mengumpulkan masyarakat Desa Tritik dan Desa Sambikerep. Mereka adalah masyarakat terdampak pembangunan bendungan.

Bukan mengundang ke pendopo, Taufiq justru beberapa kali turun langsung mendatangi tempat mereka tinggal. Ia bahkan pernah basah kuyup ketika pertemuan digelar saat hujan deras.

"Sampai hujan-hujanan itu, saya bela-belain untuk bisa bertemu dengan mereka," kenang Taufiq.

Tujuannya, agar masyarakat terdampak itu bisa benar-benar memahami manfaat besar dari Bendungan Semantok, sehingga tidak sampai ada yang menghalang-halangi atau menolaknya.

Di hadapan warga, Taufiq dengan telaten menjelaskan bahwa keberadaan bendungan tersebut justru untuk penataan agar lebih baik kualitas kehidupan mereka. Karena menurut Taufiq, manfaat turunan dari Bendungan Semantok ini bisa sampai kepada naiknya taraf ekonomi warga sekitar, pun juga berdampak sampai meningkatnya kualitas pendidikan anak-anak mereka nantinya.

Tentunya, Taufiq juga menyampaikan manfaat utama Bendungan Semantok yang sangat dibutuhkan masyarakat luas. Yakni, bisa menyuplai kebutuhan air untuk 3000 sampai 4000 hektare lahan persawahan di musim kemarau.

"Insya Allah tujuan saya tidak merugikan warga. Justru agar membuat masyarakat di sekitar Bendungan Semantok lebih sejahtera. Mereka juga bisa mendapat ganti yang lebih baik, atas lahan dan bangunan yang terkena dampak," kata Taufiq.

Belakangan ia juga mengingat, bahwa sikap keukeuh-nya dalam memperjuangkan Bendungan Semantok, maupun kerja kerasnya meyakinkan warga, ternyata terinspirasi dari Presiden Joko Widodo. Teladan itu bahkan didapat jauh sebelum pria yang akrab disapa Jokowi itu menjadi presiden.

Tepatnya, saat keduanya masih sama-sama satu level sebagai kepala daerah. Taufiqurrahman menjadi Bupati Nganjuk dan Joko Widodo masih menjabat Walikota Solo. Ada satu momentum di mana Jokowi benar-benar menunjukkan kualitasnya sebagai kepala daerah, dan menjadi panutan di mata Taufiq.

Yakni, ketika Jokowi membuat kebijakan penataan ulang atau relokasi pedagang kaki lima (PKL) pada tahun 2006. Ia bermaksud memindahkan ribuan PKL yang sebelumnya memenuhi jalan protokol dan taman pusat kota.

Hal itu bukan perkara mudah, mengingat tiga walikota sebelumnya gagal merelokasi para PKL tersebut. Namun dengan kegigihan Jokowi, sampai 58 kali mengundang dan mengajak para PKL makan satu meja dengannya, akhirnya kebijakan itu dapat dikerjakan tuntas tanpa konflik.

Sebagai sesama kepala daerah, dan kebetulan pernah dalam satu wadah partai politik yang sama, Taufiqurrahman pun merasa perlu ngangsu kawruh, atau menimba ilmu dan pengalaman dari Jokowi. Bagi Taufiq, Jokowi adalah sosok pemimpin yang mumpuni. Di mana, pemimpin menurutnya tidak hanya dilayani tetapi justru harus melayani. Hal itulah yang di kemudian hari menginspirasi Taufiq, sehingga gigih memperjuangkan pembangunan Bendungan Semantok di Kabupaten Nganjuk.

Kini, ketika Bendungan Semantok siap diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, Taufiq mengaku sangat bersyukur, bangga dan gembira. Iapun berharap agar ikhtiar mewujudkan bendungan kebanggaan Kabupaten Nganjuk ini dicatat sebagai amal perbuatan yag baik di sisi Allah SWT.

Meskipun ia sekarang sudah tidak menjabat sebagai Bupati Nganjuk, Taufiq tetap menyampaikan harapan agar Bendungan Semantok benar-benar membawa manfaat.

Ia juga berpesan kepada semua pihak, bahwa setelah Bendungan Semantok diresmikan, masih ada pekerjaan-pekerjaan lanjutan untuk melengkapi keberadaan bendungan tersebut.

Di antaranya pekerjaan pembangunan maupun perbaikan saluran-saluran irigasi, yang akan mengalirkan suplai air dari bendungan ke sawah-sawah milik masyarakat. Taufiq mengusulkan agar disiapkan saluran-saluran sekunder dan tersier, di samping saluran pokok atau primer-nya. Begitu pula dengan embung-embung kecil atau dam, pintu-pintu air juga perlu dibangun di sekitarnya.

Taufiq berharap pemerintah pusat juga memperhatikan pekerjaan lanjutan tersebut, mengingat Bendungan Semantok sejatinya menjadi kepentingan banyak orang. Menurut Taufiq, pasokan air dari Bendungan Semantok nantinya juga diproyeksikan bisa sampai ke Kabupaten Jombang dan Mojokerto.

Pada akhirnya juga bisa menambah suplai debit Sungai Brantas. Dengan kata lain, Bendungan Semantok bukan saja dinikmati orang Nganjuk, tetapi juga masyarakat di daerah-daerah lainnya di sepanjang aliran Sungai Brantas. (*)


Artikel di atas adalah bagian dari isi buku berjudul "Historiografi Bendungan Semantok", yang disusun dan ditulis oleh tiga orang jurnalis Kabupaten Nganjuk, yakni Sukadi S.Pd, M.MPd, Panji Lanang Satriadin S.IP dan Asty Hanifa S.Ak.


Buku tersebut dicetak perdana pada Bulan Juni 2022, bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Nganjuk.
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar:

  1. Alhamdulillah... Akhirnya Nganjuk ku bisa berkiprah di kancah nasional. Semoga ke depan akan semakin banyak inovasi pembangunan yang bertujuan menyejahterakan warga Nganjuk khususnya. Salam dari warga Ngrawan Berbek Nganjuk

    ReplyDelete

Comments System