Krisis Kesehatan Mental Gen Z Jadi Ancaman di Masa Depan, Telehealth Solusinya?

Gambar ilustrasi/freepik
Selasa 31 Oktober 2023

Generasi Muda Sehat, Bangsa Selamat

Penulis : Nurul Hidayati 

Bukan menjadi rahasia lagi, kalau setiap generasi pernah mengalami trauma yang mengerikan dalam kehidupan mereka. Namun, dari sekian banyak generasi, Generasi Z atau yang paling akrab disebut dengan Gen Z adalah generasi yang paling terbuka dalam membicarakan tentang konsep trauma dan kondisi kesehatan mental secara umum.

Gen Z sendiri merupakan orang-orang yang lahir antara tahun 1997 sampai 2013, yang artinya pada tahun 2023 ini mereka adalah populasi dengan usia 11 hingga 26 tahun. Terlepas dari usia mereka, tidak dipungkiri lagi bahwa Gen Z juga diserang permasalahan yang berkaitan dengan trauma kolektif dan krisis kesehatan mental.

Adanya kondisi yang traumatis selama beberapa tahun terakhir seperti bencana demi bencana, pandemi global atau peperangan dan penembakan massal lainnya. 

Dilansir dari Mckinsey.com, kondisi dunia yang traumatis selama beberapa tahun terakhir ini tidak dapat dihindari oleh Gen Z dimana mereka adalah “digital natives” generasi pertama yang tumbuh dengan internet sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Nah, berikut adalah hubungan Gen Z dengan kesehatan mental, dampak dimasa akan datang, dan cara mengatasi kesehatan mental.

1. Gen Z dan Kesehatan Mental

Sebuah survei yang dilakukan oleh Harmony Healthcare IT pada tahun 2022 menunjukkan Gen Z (usia 19 hingga 24 tahun) sebanyak 24% didiagnosis dengan kondisi kesehatan mental. Dari jumlah tersebut, 26% didiagnosis selama pandemi COVID-19.

Empat diagnosis yang paling banyak diderita adalah kecemasan, depresi, gangguan pemusatan perhatian/hiperaktif (ADHD), dan gangguan pascatrauma. Menurut American Psychological Association, sebanyak 91% dari Gen Z mengatakan mereka pernah mengalami satu atau lebih gejala stress, termasuk:

· Merasa sedih atau tertekan

· Kurang tertarik pada aktivitas

· Memiliki kekurangan energi

· Kurang memiliki motivasi

 2. Apa yang menyebabkan stres dan trauma kolektif pada Gen Z?

Dalam kehidupan Gen Z yang singkat, mereka mengalami banyak hal yang mungkin cukup membuat kenangan yang traumatis. Salah satu contohnya adalah pengalaman sekolah mereka yang benar-benar berbeda dari generasi sebelumnya, dimana sebagian besar waktu sekolah yang seharusnya normal dihilangkan karena akibat dari adanya pandemi.

Selain itu, ditengah pandemi telah terjadi peningkatan peperangan dan penembakan. Hal ini menyebabkan sekolah tidak lagi menjadi tempa yang aman bagi Generasi Z. Di sisi lain mereka juga dibombardir secara online dengan berita-berita tentang kebrutalan polisi, isu-isu lingkungan, ketidakadilan sosial dan masih banyak lagi.

Dibandingkan dengan orang dewasa yang mungkin lebih tua, survei menunjukkan bahwa Gen Z yang berusia 15-21 mengalami tingkat stress dan lebih tertekan karena adanya berbagai isu penting yang mereka lihat di berita, di media sosial, mendengarnya dari teman, maupun mengalaminya sendiri.
 
3. Apa yang akan terjadi di masa depan untuk Gen Z?

Hal ini tentu menjadi sebuah masalah besar yang mengkhawatirkan. Ini tidak hanya menunjukkan bahwa Gen Z sedang mengalami permsalahan kesehatan mental saat ini, tapi juga dapat menyebabkan komplikasi dan masalah lain di masa depan. 

Remaja dengan kesehatan mental dapat menyebabkan risiko yang lebih tinggi dalam penyalahgunaan narkoba, terlibat dalam kekerasan/tawuran, atau melakukan hubungan seks bebas yang dapat menyebabkan infeksi menular seksual (IMS) atau kehamilan yang tidak disengaja. Dan hal ini tentu akan sangat berbahaya jika tidak mendapatkan penangan secara dini. 

Jika mereka tidak mendapatkan bantuan saat kondisinya masih dalam tahap awal, gejalanya tentu akan semakin memburuk. Hal ini tentu dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik mereka saat mereka mulai memasuki usia dewasa nantinya, yang berpotensi menurunkan kualitas hidup mereka dikemudian hari.

4. Telehealth Sebagai Cara Mengatasi Kesehatan Mental pada Gen Z

Gen Z hidup di era di mana perawatan virtual dapat diakses secara luas, bahkan untuk perawatan kesehatan mental. Dengan adanya kecanggihan teknologi, telehealth dapat membantu dalam banyak hal, salah satunya dengan menyediakan perawatan yang lebih terjangkau, terutama ketika biaya menjadi penghalang serius untuk perawatan. 

Dilansir dari Charlie health, dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi virtual kesehatan mental sangat menjanjikan, bahkan dapat digunakan untuk mengatasi penyakit mental yang serius dan gangguan penggunaan narkoba. Telehealth juga menawarkan perawatan kepada orang-orang yang mungkin memiliki kesusahan untuk mendapatkan perawatan eksehatan, seperti orang yang tinggal di daerah pedesaan.

Selain itu, generasi sebelumnya tampaknya juga lebih serius dalam menanggapi dan memiliki keprihatinan pada generasi Z ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya perusahaan-perusahaan yang kini lebih serius memperhatikan tunjangan kesehatan mental dan memberikan kemudahan karyawan dalam mengakses penyedia terapi virtual kesehatan.

Diharapkan dengan adanya banyak berita terkait penanganan issue kesehatan mental, hal ini akan membuat individu Gen Z mengispirasi diri mereka sendiri dan orang lain untuk secara aktif bekerja menuju perubahan, mencari bantuan saat dibutuhkan dan menginspirasi generasi muda untuk melakukan hal yang sama.

Nurul Hidayati adalah Mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System