Khofifah Dorong Lulusan SMK Berwirausaha dengan Keterampilan Digital

Gubernur Khofifah menembakkan anak panah virtual, saat membuka Pameran Expo dan Expose ICT SMK Jatim di Kota Malang, Sabtu (24/10/2021)
Ahad 24 Oktober 2021

matakamera, KOTA MALANG - Menghadapi Era Society 5.0, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk berwirausaha  dengan ketrampilan digital. Di samping, bekerja di industri atau melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi.

Hal itu disampaikan Khofifah saat membuka Pameran Expo dan Expose ICT SMK Jatim Tahun 2021 di SMK Negeri 1 Singosari Malang, Sabtu (23/10/2021).

Ia mengatakan, Era Society 5.0 sendiri bertujuan untuk mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik, sehingga semua hal menjadi mudah dengan menggunakan artificial intelligence dalam penerapannya.

Di era ini, lanjut Khofifah, pekerjaan dan aktivitas manusia akan difokuskan pada Human-Centered yang berbasis pada teknologi. Dengan demikian, prospek kerja pun menjadi semakin luas.

Lebih lanjut dikatakan Khofifah, peluang bisnis di Era Society 5.0 sangat terbuka lebar dan hal tersebut bisa dimanfaatkan oleh para lulusan SMK untuk meraih cuan.

Maka dari itu, kata dia, siswa SMK perlu dibekali literasi digital yang baik agar bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak.

“Kalau dulu tidak ada pekerjaan sebagai content creator, game developer, atau digital marketing. Tapi di era ini, justru pekerjaan-pekerjaan berbasis ide kreatif tersebut sangat menjanjikan. Contohnya, Bayu Skak yang notabene adalah  lulusan SMKN 4 Malang, salah satu Youtuber dengan penghasilan tinggi,” ungkap Khofifah.

“Saya berharap besar, siswa SMK Jawa Timur bisa menjadi pioner-pioner wirausahawan muda di Era Society 5.0. Banyak peluang usaha baru yang menjanjikan dengan modal teknologi. Intinya, ayo manfaatkan setiap sudut ruang digital untuk meraih cuan secara halal,” tambah Khofifah.

Kabar baiknya, lanjut Khofifah, pemanfaatan teknologi semakin meningkat selama pandemi Covid-19. Itu artinya, semakin banyak masyarakat yang fasih dalam memanfaatkan teknologi. Salah satu perubahan yang sangat terlihat adalah semakin banyaknya jumlah masyarakat yang belanja secara online.

“Situasi ini harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin dengan berupaya menangkap peluang-peluang bisnis apa saja yang bisa dilakoni. Jadi meskipun hanya modal “rebahan” tapi bisa dapat keuntungan seperti mereka yang bekerja kantoran,” ujarnya.

Khofifah menyebut siswa SMK perlu dipersiapkan untuk menghadapi era Society 5.0 dengan mengakselerasi literasi digital yang meliputi digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety. Penguasaan TIK, kata dia, atau secara internasional dikenal dengan istilah ICT itu dinilai sangat penting diterapkan di dunia pendidikan. Dalam konteks ini, ICT meliputi segala hal yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi komputer. Tujuannya, tidak lain untuk mengolah informasi, sarana alat bantu pembelajaran serta sumber informasi bagi guru dan siswa.

Apalagi, sebut Khofifah, dalam satu setengah tahun kemarin, pelajar SMK lebih banyak melakukan pembelajaran secara virtual akibat pandemi Covid-19, maka kini, melalui expo ICT, pelajar SMK Jatim telah melakukan banyak inovasi dari ilmu yang sudah didapatkan baik secara teori maupun praktek.

"Kita bisa menyaksikan antara smart garden dan smart home. Teknologi yang pernah saya lihat di beberapa negara untuk memberikan inovasi dan kemudahan akses. Sekarang kita menyaksikan hal itu diinisiasi pelajar SMK Jatim," ujarnya.

Melalui pameran expo berbasis teknologi yang sudah ditampilkan pelajar SMK Jatim, Gubernur Khofifah berharap, momentum ini segera bisa dikoneksikan dengan dunia usaha, industri dan kerja (Dudika). Caranya, terus mengupdate teknologi sehingga produk mereka dapat diproduksi secara masal.

Lulusan SMK Berwirausaha Bukan Pengangguran

Sementara itu, Khofifah juga  merekomendasikan perspektif bekerja dan tingkat pengangguran terbuka. Ini menyikapi data yang menyebut bahwa lulusan SMK mendominasi jumlah pengangguran di Indonesia termasuk Jawa Timur, akibat pemaknaan atau definisi TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka).

Menurut Khofifah, rumusan TPT  perlu dicermati ulang karena kenyataanya lulusan SMK tidak menganggur namun lebih memilih bekerja secara profesional-personal alias berwirausaha, dan mendapatkan income.

Hal ini disebutnya menjadi pekerjaan rumah  Pemprov Jatim bersama bidang pendidikan khususnya Dudika.

Mengingat, lulusan SMK dipersiapkan untuk mengisi lapangan kerja namun karena definisi TPT mengasumsikan bekerja dalam sebuah institusi maka data evaluasi TPT mendominasi angka pengangguran.

“Status lulusan SMK yang memilih bekerja secara profesional - personal belum bisa dimasukkan kategori bekerja. Inilah yang kemudian menjadi penyebab mengapa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), lulusan SMK disebut tertinggi. Cukup banyak  pelajar SMK lebih memilih sebagai pekerja profesional- personal  ketimbang kerja di institusi atau Industri," tuturnya.

Terkait hal ini, Khofifah mengaku sudah berkomunikasi dengan BPS supaya ada proses kelanjutan di Kemendikbud, utamanya Dirjen Vokasi dan Direktur SMK.

"Kita cocokkan definisi TPT untuk mencari format BPS agar bisa mengakomodir bahwasannya alumni  SMK yang memilih kerja profesional - personal dan mendapatkan income sehingga tidak masuk kategori TPT," pungkasnya.

Panji LS/Rif
Share on Google Plus

About matakamera.net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment

Comments System